Pages

Subscribe:

21 Sept 2016

ILMU SIHIR???

ILMU SIHIR

Ø  Klaim dari Ilmu Sihir
            Pertama, kita harus menganalisa klaim dari para penyihir yang membuat mereka sukses. Kami yakin, banyak pernyataan yang dilebih-lebihkan di dalam klaim mereka, yang dibuat demi kepentingan mereka. Pengobatan yang mereka lakukan tidak pernah dilakukan di tempat umum, sehingga dapat disaksikan oleh orang banyak. Jika dengan cara demikian mereka dapat menjadi sukses, seharusnya mereka bekerja di rumah sakit, agar mereka dapat ditemukan di berbagai tempat di dunia ini. Keadaan sebenarnya dari mereka yang di klaim telah disembuhkan, tidak pernah diketahui, dan kesembuhan mereka tidak jelas. Jika anda termasuk yangmengalami hal demikian, hendaknya anda bertanya kepada diri sendiri, walaupun anda mempunyai bukti yang nyata tentang kekuatan mereka, misalnya, apakah anda pernah melihat (tidak hanya mendengar) orang yang tangannya terpotong pergi ke tukang sihir dan kembali dengan tangan yang baru, yang dapat digunakan dengan baik seperti sebelumnya? Ini adalah salah satu bukti yang kita perlukan sebelum kita memberikan kepercayaan kita kepada mereka. Ulangan 13:1-3 memberikan penjelasan yang sangat jelas: Bangsa Israel diberitahu, jika ada seorang penyihir yang melakukan suatu tanda atau mujizat, mereka hendaknya tetap tidak mempercayai orang itu, kesuali ia berbicara tentang doktrin yang benar sehubungan dengan firman Allah. Para dokter penyihir jelas tidak mempercayai kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak tergoda untuk percaya bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki kuasa, dengan mengingat bahwa sumber dari segala kuasa adalah Allah (Rm. 13:1; I Kor. 8:4-6).
Kedua, segala macam keluhan atas perlakuan mereka adalah hal yang penting untuk diketahui. Seperti yang telah diketahui, kita hanya menggunakan 1% dari kemampuan otak kita. Dan sisanya, sepertinya terlalu besar untuk kita gunakan dalam keadaan sadar (pasti kita akan menggunakannya di dalam Kerajaan). Tanpa kita sadari, pikiran kita dapat memberikan pengaruh secara fisik ke hampir seluruh tubuh kita. Para dokter mengakui, kadang-kadang penyembuhan seperti itu dapat menggantikan penyembuhan yang dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran. Hal yang serupa dapat terjadi ketika kita terlalu banyak memikirkan masalah di dalam otak kita, yang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan dan sakit kepala. Menenangkan pikiran atau melatihnya dengan cara tertentu, dapat menyingkirkan berbagai macam penyakit. Tetapi jika tangan kita terpotong, tidak ada sejumlah latihan mental yang dapat membuatnya kembali. Hanya penyakit-penyakit ringan yang dapat dikendalikan oleh pikiran kita, yang juga dapat dilakukan oleh para penyihir, karena kita tidak mengerti sepenuhnya tentang cara kerja pikiran kita, yang dapat menimbulkan suatu kekuatan fisik, seperti yang ditunjukkan oleh para penyihir. Tetapi mereka melakukannya dengan mempengaruhi pikiran seseorang untuk menimbulkan kekuatan itu.

Ø  Sumber Kuasa
            Bagaimanapun juga, semua kuasa berasal dari Allah. Hal-hal yang baik maupun yang jahat, seperti penyakit-penyakit, berasal dari Dia, bukan penyihir. Hal ini sering menjadi tema didalam tulisan kudus; Yes. 45:5- 7; Mi. 1:12; Am. 3:6; Kel. 4:11; Ul. 32:39; Ayb. 5:18. Semua ayat ini hendaknya dibaca dengan cermat. Dari situ akan diketahui bahwa kepada Dia kita harus berdoa ketika kita sedang sakit dan berusaha semampunya dengan menggunakan obat-obatan menurut resep dokter. Jika kita berpaling kepada dokter penyihir, maka kita kembali menjadi orangorang yang mengklaim bahwa merekalah yang mengendalikan ”kuasa kegelapan” yang memungkinkan mereka dapat membuat kita menjadi lebih baik. Tetapi kita mengetahui bahwa Allah adalah sumber dari segala kuasa, dan kuasa-kuasa yang mereka percayai itu tidak ada. Dengan berpaling kepada para penyihir, sama dengan percaya bahwa Allah tidak berkuasa sepenuhnya, dan bukan Allah yang menyebabkan penyakit-penyakit kita, tetapi kekuatan lain yang diklaim oleh para penyihir dapat diatasi oleh mereka.
Jalan pikiran seperti itu sangat tidak menyenangkan Allah, karena Dia tahu, bahwa Dialah yang menyebabkan penyakit-penyakit kita, dan Dia sangat berkuasa. Israel memilih untuk mempercayai Allah, tetapi juga mempercayai kuasa-kuasa lain yang bertindak di dalam kehidupan mereka, yang mereka tunjukkan melalui penyembahan berhala yang ditujukan kepada kuasa-kuasa itu. Hal ini membuat Allah marah, dan menolak mereka sebahai umatNya (Ul. 32:16-24). Bagi Allah, kecuali kita mempunyai iman yang sempurna terhadap Dia, maka kita tidak sungguh-sungguh percaya kepadaNya. Dengan mengklaim mempercayai Allah Israel yang benar, tetapi juga menerima keberadaan dari kuasa kuasa lain selain Dia, dan dengan membiarkan dokter penyihir berusaha untuk mengusir kuasa-kuasa tersebut dari kita, adalah sama dengan melakukan perbuatan yang dilakukan oleh Israel di masa lalu. Sejarah panjang Israel yang menyedihkan sehubungan dengan berhala ”dicatat agar kita mempelajarinya.” Kita seharusnya tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang mempercayai kuasa-kuasa seperti itu. ”Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dengan Belial?...Karena kita adalah bait dari Allah...Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan...maka Aku akan menerima kamu, dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Kor. 6:14-18). Jika kita betul-betul mau berusaha dan berkorban untuk memisahkan diri dari hal-hal seperti itu, maka kita memiliki suatu jaminan yang mulia, yaitu kita akan diakui sebagai anak oleh Allah. Orangtua lahiriah secara naluri memperhatikan anak-anaknya ketika sedang sakit. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh orangtua surgawi kita, bahkan lebih daripada itu. Walaupun sulit untuk menerima hal ini, tapi hal ini betul-betul terjadi.
Adalah fakta bahwa para penyihir hanya dapat mempengaruhi mereka yang percaya kepadanya. Misalnya, ketika seseorang ditinggal mati oleh orang yang dicintainya, ia pergi menemui seorang perantara atau penyihir untuk membantunya agar dapat bertemu dengan orang yang sudah mati itu. Perantara itu akan menyuruh orang tersebut memejamkan matanya dan membayangkan wajah orang yang sudah mati itu dengan jelas. Orang itu boleh menggunakan foto orang yang sudah mati itu, agar ingatannya semakin jelas. Kemudian perantara itu membaca pikiran orang tersebut, dan dengan sedikit kata-kata yang dibesar-besarkan tentang orang mati itu berdasarkan fakta yang ada, akhirnya orang itu yakin kalau perantara itu telah bertemu dengan orang yang sudah mati itu dalam keadaan hidup. Catat, tidak ada bukti yang meyakinkan yang pernah diberikan tentang hal ini. Jika orang itu menolak untuk mempercayai atau menaati perintah perantara itu, maka tidak akan terjadi apa-apa. Para ”penyihir” yang suka menafsirkan mimpi dari Firaun dan Nebukadnezar, mempertaruhkan posisinya kecuali mereka mengatakan hal-hal yang menyenangkan. Pastilah mereka menggunakan cara membaca pikiran dengan baik. Walaupun begitu, mereka kehilangan kekuatan mereka pada waktu Allah turut campur dalam kehidupan seseorang yang berurusan dengan mereka, sebagaimana Allah mengintervensi kehidupan Firaun dan Nebukadnezar. Begitu juga dengan Balak, yang mempercayai kuasa Bileam yang dapat mengutuk orang-orang. Ia menawarkan imbalan finansial yang cukup besar atas tugas yang ia perintahkan kepada Bileam; dan mengatakan bahwa ia mengetahui dari peristiwa-peristiwa yang telah berlalu ”siapa yang kau kutuk, dia kena kutuk” (Bil. 22:6). Tetapi Bileam, yang dalam beberapa cara sama dengan dokter penyihir, menyadari bahwa kekuatannya lenyap ketika berurusan dengan orang-orang Israel. Jelas sekali, orang-orang seperti itu tidak mempunyai kekuatan ketika mereka berurusan dengan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan Allah yang benar, walaupun mereka sukses ketika berurusan dengan orang orang yang lain.

Ø  Ilmu Sihir di dalam Alkitab
            Pengertian yang praktis dari hal ini adalah, jika kita tergoda untuk datang kepada dokter penyihir, maka kita harus memiliki iman yang kuat kepada Allah. Tidak ada gunanya kita menggunakan jasa dari para penyihir, jika kita hanya menginginkan hal yang terbaik, karena mungkin mereka juga mempunyai tujuan yang sama. Jika kita memberikan kepercayaan penuh kepada orang-orang seperti itu, dan keberadaan dari kuasa-kuasa yang diklaim dapat dikendalikan oleh mereka; berarti kita tidak memiliki iman yang teguh atas kekuasaan Allah yang benar. Jika kita betul-betul percaya tentang kisah Firaun, Balak, dan Nebukadnezar, seperti yang telah disebutkan diatas, maka kita tidak akan menggunakan jasa para penyihir, dan tidak akan percaya bahwa mereka dapat menyebabkan sesuatu terjadi atas diri kita. Contoh-contoh yang telah disebutkan menunjukkan bahwa para penyihir tidak dapat menguasai umat Allah, yaitu kita, berdasarkan penaggilan Injil dan pembaptisan kita.
Paulus menyebut ilmu sihir sebagai ”perbuatan daging”, dalam kategori yang sama dengan ”roh pemecah” (doktrin palsu), perzinahan, dan pornografi (Gal. 5:19-21). Ia mengatakan; ”Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu-seperti yang telah kubuat dahulu-bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Persamaan mengenai hal ini dan hukum Musa adalah, bahwa mereka yang memakai jasa dari para ”peramal” (atau ilmu sihir) dan mereka yang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban di dalam api, harus segera dibunuh. (Ul. 18:10,11; Kel. 210 22:18). Sebenarnya, mereka yang mengorbankan anaknya di dalam api bukanlah penyihir, tetapi mereka melakukan hal itu karena mengikuti ajaran dari para penyihir dan penyembah berhala, yaitu; jika mereka ingin terlindung dari kekuatan jahat, mereka harus mengorbankan anakanak mereka dalam api. Jadi, seperti yang telah dijelaskan, hukuman atas
mereka adalah harus segera dibunuh; dan di dalam Perjanjian Baru, hukuman bagi mereka adalah diasingkan dari Kerajaan Allah. Menggunakan ilmu sihir demi kebaikan seseorang adalah suatu hal yang Allah tidak ingin kita melakukannya. Sebelum kita mengambil keputusan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen; dengan sungguh kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, ”Apakah Allah menginginkan saya melakukan hal ini? Apakah Yesus beserta saya ketika saya melakukan hal itu?” Karena dengan jelas Allah mengutuk ilmu sihir, maka jawabannya sudah pasti; Tidak, Allah tidak ingin kita menggunakan ilmu sihir. Samuel mendefinisikan ilmu sihir sebagai ”pendurhakaan” (berasal dari kata Ibrani yang berarti ”provokasi) melawan firman Allah (I Sam. 15:23).
            Memprovokasi yang Maha Kuasa, seperti yang dilakukan oleh Israel dengan mempercayai berhala-berhala dan ilmu sihir (Ul. 32:16-19), sungguh suatu hal yang tidak dapat dibayangkan. Padahal, tujuan Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mengusir orang-orang Kanaan, adalah karena kepercayaan mereka terhadap ilmu sihir menjijikkan bagi Allah. Tetapi bangsa Israel malah mengikuti praktek tersebut (Ul. 18:9-14). Oleh karena itu, Israel rohani, orang-orang percaya yang telah dibaptis, tidak boleh melakukan hal ini, yang dapat ditemui di seluruh dunia yang jahat ini. Jika tidak, maka kita tidak akan menerima warisan abadi tanah perjanjian dari Kerajaan. Jika kita memakai jasa para penyihir, dan mengatakan bahwa merekalah yang menggunakan ilmu sihir, bukan kita. Hal ini sama saja, karena kita mengharapkan efek dari ilmu sihir terjadi pada kita, dengan demikian kita turut menggunakannya. Semoga Allah memberkati kita semua di dalam menjalani hari-hari terakhir yang gelap ini, agar bangsa-bangsa di dunia dapat memandang cahaya kebenaran dan kemuliaan dari KerajaanNya. ”...Karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta....". Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan...Sebab itu berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami; baik secara lisan, maupun secara tertulis. Dan ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karuniaNya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengaharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (II Tes. 2:10-17).


18 Sept 2016

ROH KUDUS (HOLY SPIRIT)

BAB I
PENDAHULUAN
      Dalam gereja-gereja kita di Indonesia soal-soal pneumatologis (ajaran tentang Roh Kudus) kurang mendapat perhatian. Hal itu tampak dengan jelas kalau dibandingkan dengan soal-soal Kristologi. Dalam pengakuan, Katekisasi, Khotbah dan pelayanan-pelayanannya yang lain gereja-gereja kita jauh lebih banyak berbicara tentang Kristus dan karya penyelamatan-Nya dibanding dengan Roh Kudus. Ada orang yang mengatakan, hal itu disebabkan oleh sifat Roh Kudus, seperti yang ada di Yohanes 16:13. Menurut mereka nats ini mengatakan bahwa Roh Kudus tidak mengarahkan perhatian kita kepada diriNya sendiri, tetapi kepada Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Pada satu pihak Roh Kudus menyembunyikan diri-Nya dalam Kristus dan pada pihak lain dalam hidup gereja dan hidup orang-orang percaya. Karena itulah Ia jarang disebut. Sadar atau tidak sadar Roh Kudus dianggap sebagai alat Kristus.[1]
     Selain itu masih banyak lagi, berbagai pihak yang mengemukakan pendapatnya mengenai penyebab kurangnnya perhatian gereja terhadap Roh Kudus dan PekerjaanNya. Namun sebenarnya tidak penting bagi kita mengetahui semua itu. Yang terpenting adalah kenyataan, bahwa gereja-gereja kita kurang sekali berkata-kata tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Maka dari itu, melalui tulisan ini, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai Roh Kudus dan PekerjaanNya.

BAB II
ISI RINGKAS
1.      Roh Kudus
a.       Pengertian Roh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru[2]
          Kata Roh diambil dalam bahasa Ibrani yaiut ruakh dan kata Yunaninya yaitu pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu ruakh dan pneuma dapat diterjemahkan dengan “nafas”. Atau dengan arti kiasan “nyawa” dan “semangat” (yang memberikan kehidupan pada tubuh). Hal ini khususnya bagi kata Ibrani “ruakh” yang sering dihubungkan dengan kata lain, seperti ruakh hikmat, ruakh nasihat, ruakh keberanian, ruakh kemarahan, dan lain-lain. Sebagai contoh dapat kita lihat di Mazmur 33: 6; 135:15; Yesaya 11:4; Kej. 7: 22; Yeremia 10: 14.
          Menurut Perjanjian Lama, Allah adalah Roh. Bukan dalam arti yang salah, seperti yang masih terdapat diantara banyak anggota jemaat, yaitu bahwa Ia tidak tampak dan karena itu hadir dimana-mana. Yang dimaksudkan oleh penulis Perjanjian lama dengan ungkapan itu adalah, bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Maka demikian Ia (Allah) adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini khususnya manusia (Kej 2: 7). Di mana Allah ada, di mana Ia hadir dan bertindak, disitu Roh-Nya bekerja. Kesaksian tentang ini banyak kita dapat dalam Kitab Suci.
         Kesaksian yang sama kita temui juga dalam Perjanjian Baru. Pneuma mempunya arti yang sama dengan ruakh yaitu nafas, nyawa, angin, dll. Sama seperti ungkapan Allah adalah ruakh dalam Perjanjian Lama, demikian pula ungkapan Allah adalah pneuma dalam Perjanjian Baru, yang berarti bahwa Allah adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dengan itu Allah memberi hidup kepada ciptaan-Nya, Ia membebaskan manusia dari dosa dan kematian, Ia menguatkan dan memimpin kepada kebenaran, dll.
b.      Gambaran di PL dan PB[3]
          Dalam Perjanjian Lama, Tindakan Allah sebagai Roh yang hidup bukan saja berupa penciptaan dan pemeliharaan dunia, tetapi juga mencakup penyelamatan manusia dari kuasa, setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam karya penyelamatanNya itu Tuhan Allah memakai Israel sebagai “alat”-Nya. Tetapi Israel tidak setia keppada tugas dan penggilannya itu. Berulang-ulang ia murtad dan “menjual” dirinya kepada bangsa-bangsa dan ilah-ilah asing. Namun Allah masih tetap setia dengan janjinya dengan bangsa Israel. Maka Ia masih terus membebaskan Israel kembali dari perbudakan dan memberikan kepadanya kesempatan baru.
          Dalam Perjanjian Baru kita temui kesaksian yang sama. Menurut para rasul zaman akhir, yang dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama, telah tiba. Mesias telah datang. Ialah Raja yang dijanjikan = Raja yang diurapi. Ia berasal “dari Roh Kudus”. Sejak lahir-Nya Roh Kudus berada di dalam-Nya. Pertama, pada waktu Ia dibaptis, Roh Kudus yang berupa burung merpati turun keatas-Nya dan terdengar suara dari sorga. (Mrk 1:10-11).
       Kemudian, Kedua, dalam rumah ibadat di Nazaret Ia membacakan Yesaya 61: 1-2 dimana tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pebebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang”.
2.      Roh Kudus dan Kristus[4]
          Matius memulai tulisannya dengan mengatakan bahwa Yesus yang ia beritakan dalam Injilnya adalah Juruselamat yang berasal dari Roh Kudus (Mat 1:20). Apa yang dikatakan diatas dikukuhkan dengan baptisan Yesus, yang dimana pada waktu Ia keluar dari air, Ia melihat langit terbuka dan Roh Kudus (merpati) turun ke atas-Nya, lalu terdengar suara dari sorga. Sejak itu Roh Kudus selalu ada padaNya. Oleh kuasa itu Ia melakukan pekerjaan yang ditugaskan Allah. Selain itu, hubungan Yesus dengan Roh Kudus kita baca juga sesuda Ia bangkit. Sebelum Ia naik ke sorga Ia memberikan perintah oleh Roh Kudus kepada murid-Nya (Kis 1:2) dan berjanji, bahwa Ia akan mengirim kepada mereka apa yang telah dijanjikan Bapa-Nya. Dalam uraian ini kita melihat bahwa hubungan Yesus dengan Roh Kudus pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek” (penerima), Namun pada Kitab rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus sebagai “objek”. Hal ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya saling mengisi dan melengkapi.
        Kemudian, ada pendapat dari aliran adoptianisme yang berpendapat : Yesus adalah manusia, yang sesuai dengan rencana Allah telah dilahirkan dari Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Yesus bukan makhluk sorgawi yang baru menjadi manusia oleh kelahirannya. Ia adalah manusia biasa. Tetapi sesudah Ia menjalani suatu hidup yang saleh dan sempurna, Roh Kudus turun ke atasNya, ketika Ia dibaptis. Dengan jalan demikian Ia menjadi Kristus dan menerima perlengkapan yang Ia butuhkan untuk pekerjaanNya. Dalam pekerjaanNya itu Ia memenuhi “keadilan” Allah. Itulah yang membuat Dia lebih tinggi daripada manusia-manusia lain dan memberikanNya kuasa atas mereka. Selanjutya ada lagi dari Teologi Liberal modern yang cenderung menganggap Yesus sebagai manuia biasa, sekalipun lebih tinggi daripada manusia-manusia lain, juga lebih tinggi daripada para nabi dan para rasul : Yesus adalah manusia yang memiliki Roh Kudus. Sebagai reaksi terhadap pendapat ini, gereja berat sebelah menekankan kenyataan bahwa Yesus adalah subjek Roh Kudus dan Roh Kudus adalah pemberianNya kepada gereja dan kepada orang-orang percaya.
         Kedua pedapat ini, seperti yang telah kita katakan, tidak boleh dipertentangkan. Kita bukan saja percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, tetapi Ia juga adalah sungguh-sungguh manusia. Pada satu pihak Ia adalah Anak Allah (Kis 8:36; Gal 2:20), Anak Tunggal yang ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18), dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an (Kol. 2:9), Ia adalah Allah yang Mahabesar (Tit. 2:13), Ia setara dengan Allah (Flp. 2:6). Tetapi pada pihak lain Ia menjadi sama dengan manusia, dan benar-benar adalah manusia.
      Ada pemahaman yang menarik tentang hubungan Yesus dan Roh Kudus, yang dimana Roh Kudus dijelaskan sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan terlepas dari Yesus. Paham ini umumnya dianut oleh Gereja-gereja Pentakosta (terbalik dari pemahaman Yesus dan Roh Kudus saling berkaitan). Disini Roh adalah kuasa yang bertindak sendiri, dan berhubungan dengan manusia secara individu. Roh Kudus juga dianggap sebagai kuasa yang menciptakan suatu dunia sendiri. Ia bukanlah alat Kristus melainkan Ia adalah sumber dari karya-karya baru. Paham seperti ini tentu memiliki kebenaran namun juga kelemahan. Sebab dengan jalan memutuskan hubungan Roh Kudus dan Kristus dan langsung menghubungkanNya dengan manusia, timbul bermacam-macam bahaya, seperti adanya pembedaan antara Roh Allah dan Roh manusia, juga menggeser posisi Kristus sebagai satu-satunya pusat dan objek kepercayaan.
         Roh Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik. Di dalam Dia Kristus hadir di bumi. Kristus juga adalah Roh (2 Kor 3:17),. Roh Kudus adalah cara baru dari tindakah Kristus di bumi.
3.      Roh Kudus dan Apostolat[5]
        Dalam Gereja Roma Katolik, Roh Kudus terutama dianggap sebagai jiwa dan pemelihara gereja. Dalam Gereja-gereja Pentakosta Roh Kudus terutama dilihat sebagai kuasa Ilahi yang memberikan karunia-karunia rohani kepada anggota-anggota jemaat. Dalam Gereja-gereja Protestan, Roh Kudus terutama ditafsir sebagai kuasa yang menciptakaan kehidupan rohani dalam pembenaran dan pengudusan. Jadi dalam gereja-gereja kita, Roh Kudus hanya berfungi sebagai pendiri gereja dan pembangun anggota-anggota jemaat, dan bukan sebagai kuasa yang memperbaharui dan yang menghidupkan dalam dunia.
       Berdasarkan diatas, bila kita pertanyakan mengenai Apostolat kepada gereja-gereja kita, makan akan ada jawaban yang berbeda-beda. Dalam Kitab Suci, Apostolat lebih dari karya penyelamatan Allah. Ia langsung berhubungan, baik dengan diri dan pekerjaan Yesus sebagai Mesias, maupun dengan masa depan agung yang kita harapkan. Melalui perkataan dan perbuatan Mesias, Kerajaan Allah membelah masuk ke dalam dunia dan dengan itu tibalah zaman akhir. Apa yang dijanjikan dahulu dengan perantaraan para nabi, sekarang menjadi kenyataan. Karena itu Apostolat bukan saja berhubungan dengan diri sendiri tetapi juga dengan masa depan. Kedua hubungan ini adalah Kristologis dan hubungan Eskatologis. Dengan turunnya Roh Kudus, yaitu Roh-Nya, maka tibalah akhir zaman. Dan zaman akhir ini tidak akan berakhir sebelum Injil Kerajaan Allah diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangssa (Mat 24:14). Disini dapat kita lihat eratnya hubungan Roh Kudus dengan Apostolat. Karunia Roh Kudus adalah kehadiran dari pekabaran Injil kepada bangsa-bangsa kafir. Pemberitaan firman sampai ke ujung bumi bergantung pada penerimaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah perluasan dari kehadiran Allah yang menyelamatkan di seluruh dunia. Dan Apostolat adalah salah satu dari karya-karya Allah yang besar, Tanpa Apostolat sebagai gerakan dari Roh Kudus yang mengutus, maka karya-karya Allah yang lain tidak akan pernah diketahui dan diakui dimana-mana dunia sebagai karya besar. Pada satu pihak Apostolat memimpin kita kepada karya-karya Allah pada masa lampau dan pada pihak lain sekaligus mengarahkan pandangan kita kepada apa yang Allah sedang buat di masa depan.
      Bagi Injil subjek Apostolat adalah Roh Kudus. Ialah pelaku yang sebenarnya. Ialah yang menginsafkan dunia tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman, bukan kita. Dalam Yoh 15:26-27 Yesus mengatakan, bahwa kalau Penghibur yang akan Ia utus datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, maka Roh itu akan bersaksi tentang Dia, dan murid-muridNya juga harus turut bersaksi. Yang Yesus maksudkan disini adalah bahwa sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tugas yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan.
4.      Roh Kudus dan Gereja
a.      Pekerjaan Roh Kudus dalam Gereja sebagai Tubuh.[6]
      Menurut Kesaksian Kitab Suci, gereja sebagai tubuh, persekutuan, bukan hasil pekerjaan anggota-anggotanya, tetapi ciptaan Roh Kudus. Persekutuan itu bukan karena kemauan mereka, tetapi karena terpanggil dan dikumpulkan oleh Tuhan atas gereja.(Kis 2). Roh adalah pemberian Allah yang menciptakan gereja di dunia. Allah buat itu antara lain dengan jalan meniadakan segala rintangan-rintangan rasial, politis, sosial, kultural,dll. Roh Kudus juga sebagai pendamai dan pemersatu iman dalam satu tubuh yaitu gereja. Dan sebagai tanda dari kuasa itu adalah menunjuk kepada cara hidup yang Tuhan maksudkan untuk umat manusia. Paulus juga menjelaskan hal ini di Suratnya di Korintus yang mana, gereja merupakan satu Tubuh Kristus, dan yang sebagai kepala Tubuhnya itu adalah Kasih Kristus sebagai pusat kehidupan anggota-anggota gereja. Paulus juga mengajak agar anggota jemaat berbagi Kasih dalam pelayanan kepada orang lain, terutama pelayanan yang kurang mendapatkan Kasih. Maksudnya disini, Bahwa Gereja adalah satu tubuh, dan terdiri dari anggota-anggota yang memiliki rupa-rupa karunia. Hal ini bukan untuk membahayakan kesatuan gereja, namun Allah bermasuk agar anggota gereja dapat saling melengkapi dan melayani.
         Perkataan Paulus diatas, dapat juga kita jelaskan dengan pengertian koinonia “persekutuan”. Pengertian ini banyak dipakai dalam Perjanjian Baru, sering erat dihubungkan dengan Roh Kudus. Yang paling terkenal di antara nats-nats itu ialah 2 Korintus 13:13, yaitu rumusan berkat tiap-tiap Minggu yang diucapkan oleh pendeta dalam kebaktian-kebaktian kita : “Anugerah Tuhan Yesus Kristus dan Kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Yang dimaksudkan dengan “persekutuan Roh Kudus” di sini adalah persekutuan yang Roh Kudus berikan, yaitu persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan orang lain.
b.      Pekerjaan Roh Kudus dalam Gereja sebagai Lembaga[7]
          Kita menyangka bahwa Roh Kudus tidak mempunyai sangkut-paut dengan institusional dan organisator dari gereja. Namun bila jelas kita baca, bahwa Roh Kudus juga bekerja dalam perbuatan-perbuatan lahiriah dari gereja dalam pelayanannya, dalam jabatannya, dan lain-lain. Ada kesaksian dari para ahli yang mengatakan, bahwa Roh Kudus memakai pelayanan atau jabatan sebagai alatnya. Hal ini jelas kita baca dalam surat-surat penggembalaan. Dan juga dalam surat-surat yang lain, khususnya di mana dikatakan, bahwa Kristus yang bangkit (=Roh Kudus) yang memberikan karunia kepada manusia. Seperti pada Efesus 4:11-12, “ Dan Ialah (Kristus yang bangkit) yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlangkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangungan tubuh Kristus.
          Dari penjelasan ini, menyadarkan kita betapa pentingnya aspek ini dan pekerjaan Roh Kudus. Karena itu kita tidak boleh mengabaikannya. Kita semua, anggota-anggota jemaat harus sadar, bahwa dalam kegiatan gereja, seperti dalam ibadah, dalam pemberitaan firman, dalam pelayanan baptisan, dalam pelayanan perjamuan kudus, dan lain-lain, kita bukan berhadapan dengan pikiran dan tindakan manusiawi, tetapi dengan pelayanan Roh Kudus sendiri, pelayanan Roh Kudus yang memakai pelayanan manusia sebagai alat-Nya.
        Hubungan erat antara aspek persekutuan dan aspek konstitusional dari gereja belum berhasil dirumuskan dengan baik oleh Komisi “Faith and Order”. Kedua aspek itu masih tetap merupakan suatu dualitas.

5.      Roh Kudus dan Anggota Jemaat sebagai Pribadi
           Ada bebarapa aspek yang memperlihatkan dengan jelas mengenai Pekerjaan Roh Kudus dalam hidup atau diri anggota-anggota jemaat.
a.      Kelahiran Kembali[8]
        Kelahiran Baru berasal dari terjemahan bahasa Yunani, palingenesia. Palin = kembali, sekali lagi dan genesis = Kejadian, Kelahiran.Penggabungan dari 2 kata ini menjadi suatu kiasan untuk menyatakan suatu peristiwa pembaruan total. Kelahiran kembali tidak boleh dianggap sebagai suatu hal yang hanya mengenal batin dan jiwa manusia saja, seperti yang dibuat oleh pietisme dan oleh separuh ahli teologi kita pada waktu ini. Sama pengertian-pengertian lain dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru, yang memaparkan pekerjaan Roh Kudus seperti pertobatan, penyucian, pembenaran, pengudusan dan lain-lain. “Kelahiran Kembali” erat hubungannya dengan  Kerajaan Allah. Kerajaan itu telah ada di dalam duni, tetapi “secara tersembunyi”. Jemaat Kristus adalah tanda dari Kerajaan itu, tanda yang mengandung janji, bahwa Kerajaan itu sekali kelak akan dinyatakan Allah (akan nampak). Pembaruan total yang dibawa oleh Kerjaan itu dan yang sedang kita nantikan sekarang, harus dinyatakan dalam hidup dan pekerjaan anggota-anggota jemaat.
        Pembaruan total yang diberikan dalam Kitab Suci dan yang kita percayai, bukanlah suatu hal yang “murni” eskatologis. Pembaruan itu dalam iman, dan telah dimiliki jemaat sekarang, dalam hidupnya di dunia. Pekerjaan pembaruan Roh Kudus dalam manusia adalah benar. Karena itu mereka harus kita dengarkan. Tetapi anggapan yang tidak menyetujui ajaran itu harus juga kita perhatian. Sebab dalam Kitab Suci bukan saja dikatakan bahwa kita hanya diselamatkan oleh karena iman dan kepercayaan, tetapi juga bahwa iman atau kepercayaan tanpa perbuatan adalah iman atau kepercayaan yang mati.
b.      Pembenaran dan Pengudusan[9]
·                            Pembenaran – terjemahan dari bahasa Yunani dikaiosis (dari dikaiosune = kebenaran, keadilan). Ini adalah suatu kiasan untuk menyatakan pembaruan total yang dikerjakan Allah melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Menurut kesaksian Kitab Suci orang-orang berdosa, orang-orang yang berontak melawan Allah. Sebab itu kita dimurkai Allah dan dijatuhi hukuman mati. Tetapi hukuman itu tak dapat kita tanggung, sehingga Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menanggungnya menggantikan kita. Ia telah memenuhi kebenaran dan keadilan Allah. Siapa yang percaya kepadaNya, akan beroleh bagian dalam kebenaran dan keadilan itu. Hal ini memberi pengertian bahwa pembenaran bukanlah suaut kodrat ilahi daam manusia yang perlahan-lahan mengubahnya, sehingga ia semakin lama semakin bertambah benar di hadapan Allah, seperti yang diajarkan oleh Gereja Roma Katolik dan Gereja Protestan. Dibenarkan artinya memandang kepada Kristus dan percaya bahwa oleh korban tebusan yang Ia bawa di Golgota, kita dibaharui, dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah. Tetapi percaya itu adalah suatu perbuatan yang harus terus-menerus diulangi dan yang tiap-tiap kali, pada saat pengulangan, menempatkan kita lagi dalam peristiwa pembenaran.
·         Pengudusan-  ini merupakan suatu kiasan yang menyatakan realitas dari buah percaya kepada Kristus. Sesuai dengan itu teologi sistematika berkata tentang dua macam Pengudusan yaitu, Pengudusan mutlak dan Pengudusan relatif. Yang dimaksud dengan Pengudusan Mutlak adalah Pengudusan yang serempak berlangsung dengan pembenaran. Oleh percaya kepada Kritus, kita yang dibenarkan adala benar-benar orang yang dikuduskan, orang yang benar-benar lahir kembali. Dikuduskan, artinya diasingkan untuk dipakai sebagai alat dalam karya penyelamatan Allah. Karena itu pengudusan yang mutlak tadi harus menyatakan dirinya dalam pengudusan yang relatif. Apa yang ktia percayai dan harapkan harus tampak dalam hidup di dunia.

c.       Mati dan Hidup bersama-sama dengan Kristus[10]
        Menurut kesaksian Kitab Suci hukuman mati yang harus ditanggung manusia karena dosanya, telah ditanggung oleh Kristus. Ia mati dan hancur dibawah hukuman itu. Tetapi dalam kematianNya itu Ia tidak sendiri. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu. Hal itu terjadi dalam Kristus. Itulah sebabnya, maka dalam Alkitab (Perjanjian Baru) kita sering membaca tentang: disalibkan bersama-sama, dikuburkan bersama-sama, dibangkitkan bersama-sama, hidup bersama-sama dengan Kristus.
6.      Roh Kudus dan Dunia[11]
     Pekerjaan Roh Kudus bukan saja mencakup manusia dan lembaga-lembaga, tetapi dunia keseluruhannya. Dalam Perjanjian Lama telah kita lihat sebelumnya, dimana ruakh adalah Roh Allah yang juga berperan dalam Penciptaan. Kemudian di Perjanjian Baru, telah nyata dalam Yesus. Dalam Matius 28: 19-20 dikatakan, “Pergiah, jadikanlah semua bangsa muridKu. . .  dan ajarkalah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Tugas ini dipercayakan kepada murid-murid. Tetapi pelaku yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Ia sebagai Roh, yang membebasakan manusia. Menobatkan artinya membebaskan dari kuasa-kuasa yang membelenggu dan menciptakan pola hidup yang baru, yang lama kelamaan mempengaruhi lingkungan. Hal itu telah kita lihat dalam jemaat-jemaat pertama, seperti yang khususnya tercermin dalam nasihat-nasihat tentang hubungan antara anggota jemaat yang satu dengan yang lain, antara suami dan istri, antara orangtua dan anak, antara tuan dan hamba. Kewibawaan Tuhan, oleh pekerjaan Roh sangat dalam mempengaruhi kehidupan kemasyarakatan. Segala sesuatu yang baik, yang sedang diusahakan di berbagai bidang politik, sosial, hukum, agama, kebudayaan, sains, dan lain-lain, dilihat sebagai pengaruh yang langsung dan tak langsung dari pekerjaan Roh Kudus.
7.      Roh Kudus dan Penggenapan[12]
         Pertama- Kristus, Roh Kudus dan penggenapan serta berhubungan. Hubungan yang erat ini, diungkapkan Paulus dalam bagian terakhir dari 2 Korintus 3:18, “Dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambaran-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” Yang dimaksudkan Rasul Paulus disini ialah bahwa pengubahan kita dalam kemuliaan Kristus yang telah mulai, akan berlangsung terus sampai ia mencapai kepenuhannya dalam Kerajaan Allah, yaitu pengubahan seluruh ciptaan dengan manusia baru. Kemudian, Roh Kudus membuat kita mengarahkan pandangan dengan penuh ke masa penggenapan. Kesaksian ini merupakan perbedaan yang esensial antara apa yang biasa kita sebut pengharapan manusiawi dan pengharapan yang dikerjakan Roh Kudus di dalam kita. Apa yang biasa kita sebut pengharapan umumnya timbul didorong oleh kekecewaan yang kita alami pada masa lampau dan masa kini. Pengharapan adalah suatu kompensasi dari apa yang tidak kita peroleh, suatu penghiburan yang kita sendiri ciptakan. Karena itu pengharapan itu sangat berbeda dengan pengharapan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri kita.Namun Pengharapan Kristen sebaliknya bersumber pada apa yang dimiliki, yang memberikan perspektif kepada perolehan atas pemilikan yang lebih banyak. Karena itu dalam Kitab Suci, pengharapan sering disebut bersama-sama dengan iman dan kasih.
           Roh Kudus telah dikaruniakan kepada kita sebagai pemberian pertama dari panen yang akan datang. Roh Kudus, dengan segal pemberian-Nya dalam bentuk pertobatan, pengampunan, persekutuan dengan Allah dan kegembiraan dalam Dia, adalah permulaan dari pemuliaan kita yang akan datang, antisipasi dari Kerajaan Allah. Pekerjaan Roh Kudus sama dengan isi penggenapan, Roh Kudus memberi jaminan yang akan didapat di masa depan. Apa yang kini kita peroleh dari Roh Kudus secara mendasar sama dengan apa yang akan kita peroleh di masa depan. Maksudnya Pekerjaan Roh Kudus disini adalah bahwa Tuhan Allah menguasai hidup kita dan mulai mengubah eksistensi kita menurut gambar Kristus. Penggenapan ialah selesainya proses pekerjaan Roh Kudus dalam alam semesta. 

  
BAB III
Tanggapan Dogmatika

            Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api.[13] Data Alkitabiah menyatakan Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yang kudus dan sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia. Roh Kudus memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yang bangkita dalam dirinya.[14]
            Roh Kudus ini tak ada sangkut pautnya dengan “Rokh Suci”, sebagaimana dimaksudkannya dalam mistik. Roh Kudus adalah Allah sendiri, yang datang kepada kita dari luar (atas) yang menyatakan diriNya kepada kita serta berindak terhadap kita.[15] Karya Roh Allah dalam batin manusia mempunyai arti khusus berhubungan dengan iman. Dan karya Roh itu sama sekali tidak terbatas pada Gereja, pada penerimaan injil yang ditawarkan. Roh yang bertiup kemana Ia mau, dari semula hadir dalam diri manusia, bukan hanya pada zaman dan dalam keterbatasan Gereja. Roh Kudus adalah suara Allah dalam diri manusia, yang menghimbau supaya hati nurani dibuat menjadi pedoman untuk segala tingkah laku. Dan di mana, dalam kekuatan Roh Kudus, orang telah menerima wahyu Allah, maka Roh itu senantiasa memberikan pemahaman baru akan firman Tuhan. Roh Kudus memperdalam pengetahuan mengenai Allah. Ia memperlihatkan betapa tak tersela dan tak terbatas kekayaan Kasih Allah. Roh Kudus adalah Roh Allah Bapa. Roh Allah berarti Karya Allah Bapa dalam ciptaan, khususnya dalam manusia, yang senantiasa dilaksanakan dan terus dilaksanakan oleh-Nya.[16]
            Pikiran penting dari Paulus menyangkut Roh Kudus. Pertama, Roh Kudus tidaklah merupakan milik istimewa dari pribadi-pribadi tertentu yang berkarunia istimewa. Roh merupakan kehidupan Kristus yang bermukim pada persekutuan orang-orang percaya, dan yang memberi penerangan. Kedua, Puncak dari karya Roh Kudus adalah Kasih. Kasih merupakan satu-satunya tanda yang pasti dari Karya Roh Kudus.[17]
            Dalam Roh Kudus, Kasih Kristus menjadi dasar dan akar hidup. Pada dasar itu orang percaya dibangun. Dogmatika menyebut hal ini “pembenaran” /justification. Justification adalah fondasi yang di atasnya iman orang Kristen dibangun. Pembenaran juga merupakan dasar dari mana iman orang Kristen berasal. Ini adalah tanda Anugerah Allah, mujizat pembenaran. Justification juga adalah aspek yang mendasar dan penting yang berlaku dalam pekerjaan Kristus dan Roh Kudus untuk membarui kehidupan manusia.[18]


BAB IV
KESIMPULAN
·               Hubungan Yesus dengan Roh Kudus pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek” (penerima), Namun pada Kitab rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus sebagai “objek”. Hal ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya saling mengisi dan melengkapi. Roh Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik.
                            Sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tuga yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu.









[1] Abineno, J.L.Ch, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 1-2
[2] Ibid 5-10
[3] Ibid 10-16
[4] Ibid 18-33
[5] Ibid 36-48
[6] Ibid 55-62
[7] Ibid 62-68
[8] Ibid 74-80
[9] Ibid 81-85
[10] Ibid 86-90
[11] Ibid 104-111
[12] Ibid 114-122
[13] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 318
[14] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 320-321
[15] Niftrik & J.Bolank, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),334
[16] Herbert Vorgrimler, Trinitas : Bapa, Firman, Roh Kudus, (Yogyakarta : Kanisius, 2005), 59-63
[17]Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),  8-10
[18] Ebenhaizer I. N.T, Aku Memahami yang Aku Imani : Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan karunia-karunia Roh secara bertanggungjawab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 50-51 

17 Sept 2016

Jangan Sia-siakan Masa Mudamu

PENELAHAAN ALKITAB
Galatia 6 : 1-10
“JANGAN SIA-SIAKAN MASA MUDAMU !!!”

            Rasul Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Galatia dengan tujuan untuk mengajak jemaat di Galatia yang berdosa karena di sesatkan oleh ajaran sesat yang diajarkan oleh kelompok orang Yahudi yang benci kepada pengikut Kristus untuk kembali kepada ajaran Kristen yang benar yang didasarkan oleh Iman Percaya kepada Yesus Kristus. Ketika itu banyak jemaat yang di Galatia yang salah memahami tentang Keselamatan. Mereka beranggapan keselamatan bisa didapatkan tanpa harus beriman kepada Yesus Kristus. Sehingga banyak orang di Galatia jatuh ke dalam dosa, mereka lebih mengutamakan kebutuhan atau kesenangan duniawi dibanding kebutuhan rohaninya. Selain itu juga masyarakat di Galatia marak melakukan Pencabulan, perselisihan, iri hati, amarah, kedengkian, kemabukan, dan lain-lain tanpa memperdulikan lagi Dosa. Namun Paulus menuliskan surat ini untuk meluruskan pemahaman keselamatan bagi orang Kristen. Bahwasanya Keselamatan itu hanya bisa didapatkan oleh karena Iman Kepada Yesus Kristus, dan mau hidup seturut dengan kehendaknya yaitu melakukan perbuatan baik. Karena pada ayat yang ke 7-9, Paulus mengajak manusia untuk jangan mengejar kesenangan duniawi (perbuatan daging) yang menjerumuskan kita kepada Dosa, karena apabila manusia menabur dosa dalam kehidupannya, tentu dia akan menuai Maut. Tetapi manusia yang mau beriman kepada Yesus dan hidup seturut kehendakNya dengan menabur yang baik, maka ia akan menuai hasil yang baik, yaitu Keselamatan.
            Di zaman Modern ini, faktor banyaknya orang Kristen melakukan dosa bukan lagi seperti masa Paulus, melainkan karena pengaruh lingkungan sekitar dan dalam diri manusia sendiri yang kurang memiliki kontrol diri yang kuat, terlebih para remaja-remaja saat ini. Masa Muda atau Masa remaja adalah masa dimana manusia mencari jati dirinya. Masa Remaja penuh dengan rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang besar. Karena Masa Remaja adalah proses mencari jati dirinya, maka sangat mudah untuk dipengaruhi hal-hal yang tidak baik, sehingga banyak remaja yang terjerumus kepada Pergaulan Bebas seperti Seks Bebas, Narkotika, Mabuk-mabukan, Berjudi, Berkelahi, dll, yang membentuk diri seorang remaja menjadi seorang remaja yang nakal dan bertindak sesuka hatinya. Sehingga dizaman modern sekarang tak heran bila kita lihat semakin banyak remaja yang bolos dari Sekolah, melawan orang tua, malas untuk kebaktian minggu di Gereja, malas untuk mengikuti kegiatan ibadah atau PA Remaja/Naposobulung di Gereja dan lebih baik memilih untuk bermain dan bersenang-senang dengan teman-temanNya dari pada mengikuti kegiatan di Gereja. Banyak Remaja yang beranggapan untuk menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang, sehingga di zaman modern ini banyak remaja yang menghabiskan masa mudanya dengan mengejar kesenangannya dengan hal-hal yang negatif tanpa melihat dampak bagi masa depanNya. Contohnya, banyak remaja zaman sekarang yang putus sekolah karena seks bebas (hamil diluar nikah), terjerumus kepada tindak kriminal seperti mencuri, berkelahi, tawuran, narkotika, pembunuhan, dll. Maka dari itu, kita sebagai pemuda-pemudi Kristen jangalah menghabiskan masa muda kita dengan bersenang-senang dengan hal yang merugikan, tetapi kita manfaatkan masa muda kita dengan melakukan hal yang positif dan bermanfaat / Hal yang baik, yang membangun pribadi kita menjadi pribadi yang lebih baik, yang dewasa, terutama dewasa di dalam Iman sebagai orang Kristen.
            Orang Kristen yang memiliki Iman percaya kepada Kristus, adalah orang yang telah diberikan kemerdekaan oleh Karena Allah. Kemerdekaan Kristen yang dimaksud adalah kebebasan dari belenggu dosa oleh karena Kasih Yesus melalui Pengorbanan-Nya di Kayu Salib. Dan kita sebagai muda-mudi Kristen haruslah kita merenungkan pengorbananNya dan bertanggungjawab atas kebebasan yang diberikanNya dengan hidup sesuai dengan KehendakNya. Itulah yang dituntut Allah kepada kita umat manusia terutama pemuda/i Kristen untuk dapat melakukan Kasih melalui perbuatan baik kepada sesama kita, saling membantu. Contohnya : Rajin ke Gereja, Mengikuti Kegiatan Remaja/Naposobulung, Taat kepada Orang Tua, membantu teman yang sedang mengalami kesulitan, dan banyak lagi. Namun semua itu haruslah kita lakukan dengan ikhlas, tanpa ada paksaan, apalagi mengharapkan keuntungan. Maka dari itu, kita pemuda/i Kristen bertumbuh dan semakin menguatkan kepercayaan kita kepada Allah dan hidup seturut dengan Firmannya agar kita menjadi Garam dan Terang Dunia melalui perbuatan baik kita. Karena Apabila kamu menabur kebaikan dengan tulus, maka kamu akan menuai Keselamatan dari Allah.  AMIN.

Bahan Diskusi :

  • Sebutkan Penyebab terjadinya Pergaulan Bebas atau Kenakalan Remaja sekarang!
  • Sebagai Remaja atau Pemuda-pemudi Kristen, bagaimana cara kita agar tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas atau hal-hal yang negatif?
  • Apa itu Perbuatan Baik? Dan Mengapa kita harus mengasihi sesama dan melakukan perbuatan baik?
  • Bagaimana respon anda kepada teman yang jarang ke gereja karena terjerumus dalam kenakalan remaja Dan Usaha apa yang dapat anda lakukan untuk mengajak teman tersebut ikut bersekutu di Gereja dan mau meninggalkan kebiasaan buruknya?