BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
gereja-gereja kita di Indonesia soal-soal pneumatologis (ajaran tentang Roh
Kudus) kurang mendapat perhatian. Hal itu tampak dengan jelas kalau
dibandingkan dengan soal-soal Kristologi. Dalam pengakuan, Katekisasi, Khotbah
dan pelayanan-pelayanannya yang lain gereja-gereja kita jauh lebih banyak
berbicara tentang Kristus dan karya penyelamatan-Nya dibanding dengan Roh
Kudus. Ada orang yang mengatakan, hal itu disebabkan oleh sifat Roh Kudus,
seperti yang ada di Yohanes 16:13. Menurut mereka nats ini mengatakan bahwa Roh
Kudus tidak mengarahkan perhatian kita kepada diriNya sendiri, tetapi kepada
Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Pada satu pihak Roh Kudus menyembunyikan
diri-Nya dalam Kristus dan pada pihak lain dalam hidup gereja dan hidup
orang-orang percaya. Karena itulah Ia jarang disebut. Sadar atau tidak sadar
Roh Kudus dianggap sebagai alat Kristus.[1]
Selain
itu masih banyak lagi, berbagai pihak yang mengemukakan pendapatnya mengenai
penyebab kurangnnya perhatian gereja terhadap Roh Kudus dan PekerjaanNya. Namun
sebenarnya tidak penting bagi kita mengetahui semua itu. Yang terpenting adalah
kenyataan, bahwa gereja-gereja kita kurang sekali berkata-kata tentang Roh
Kudus dan pekerjaanNya. Maka dari itu, melalui tulisan ini, penulis akan
memaparkan penjelasan mengenai Roh Kudus dan PekerjaanNya.
BAB II
ISI RINGKAS
1. Roh
Kudus
a.
Pengertian
Roh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru[2]
Kata
Roh diambil dalam bahasa Ibrani yaiut ruakh
dan kata Yunaninya yaitu pneuma.
Pertama, kedua kata ini berarti gerakan
udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu ruakh dan pneuma dapat
diterjemahkan dengan “nafas”. Atau dengan arti kiasan “nyawa” dan “semangat”
(yang memberikan kehidupan pada tubuh). Hal ini khususnya bagi kata Ibrani “ruakh” yang sering dihubungkan dengan
kata lain, seperti ruakh hikmat, ruakh nasihat, ruakh keberanian, ruakh kemarahan,
dan lain-lain. Sebagai contoh dapat kita lihat di Mazmur 33: 6; 135:15; Yesaya
11:4; Kej. 7: 22; Yeremia 10: 14.
Menurut
Perjanjian Lama, Allah adalah Roh. Bukan dalam arti yang salah, seperti yang
masih terdapat diantara banyak anggota jemaat, yaitu bahwa Ia tidak tampak dan
karena itu hadir dimana-mana. Yang dimaksudkan oleh penulis Perjanjian lama
dengan ungkapan itu adalah, bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang
hidup, Allah yang bertindak. Maka demikian Ia (Allah) adalah sumber hidup dari
segala sesuatu yang ada di dunia ini khususnya manusia (Kej 2: 7). Di mana
Allah ada, di mana Ia hadir dan bertindak, disitu Roh-Nya bekerja. Kesaksian
tentang ini banyak kita dapat dalam Kitab Suci.
Kesaksian yang sama kita temui juga dalam Perjanjian Baru. Pneuma mempunya arti yang sama dengan ruakh yaitu nafas, nyawa, angin, dll. Sama seperti ungkapan Allah adalah ruakh dalam Perjanjian Lama, demikian pula ungkapan Allah adalah pneuma dalam Perjanjian Baru, yang berarti bahwa Allah adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dengan itu Allah memberi hidup kepada ciptaan-Nya, Ia membebaskan manusia dari dosa dan kematian, Ia menguatkan dan memimpin kepada kebenaran, dll.
Kesaksian yang sama kita temui juga dalam Perjanjian Baru. Pneuma mempunya arti yang sama dengan ruakh yaitu nafas, nyawa, angin, dll. Sama seperti ungkapan Allah adalah ruakh dalam Perjanjian Lama, demikian pula ungkapan Allah adalah pneuma dalam Perjanjian Baru, yang berarti bahwa Allah adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dengan itu Allah memberi hidup kepada ciptaan-Nya, Ia membebaskan manusia dari dosa dan kematian, Ia menguatkan dan memimpin kepada kebenaran, dll.
b.
Gambaran
di PL dan PB[3]
Dalam
Perjanjian Lama, Tindakan Allah sebagai Roh yang hidup bukan saja berupa
penciptaan dan pemeliharaan dunia, tetapi juga mencakup penyelamatan manusia
dari kuasa, setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam karya penyelamatanNya
itu Tuhan Allah memakai Israel sebagai “alat”-Nya. Tetapi Israel tidak setia
keppada tugas dan penggilannya itu. Berulang-ulang ia murtad dan “menjual”
dirinya kepada bangsa-bangsa dan ilah-ilah asing. Namun Allah masih tetap setia
dengan janjinya dengan bangsa Israel. Maka Ia masih terus membebaskan Israel
kembali dari perbudakan dan memberikan kepadanya kesempatan baru.
Dalam
Perjanjian Baru kita temui kesaksian yang sama. Menurut para rasul zaman akhir,
yang dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama, telah tiba. Mesias telah
datang. Ialah Raja yang dijanjikan = Raja yang diurapi. Ia berasal “dari Roh
Kudus”. Sejak lahir-Nya Roh Kudus berada di dalam-Nya. Pertama, pada waktu Ia dibaptis,
Roh Kudus yang berupa burung merpati turun keatas-Nya dan terdengar suara dari
sorga. (Mrk 1:10-11).
Kemudian,
Kedua, dalam rumah ibadat di Nazaret Ia membacakan Yesaya 61: 1-2 dimana
tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku
untuk memberitakan pebebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang”.
2. Roh
Kudus dan Kristus[4]
Matius
memulai tulisannya dengan mengatakan bahwa Yesus yang ia beritakan dalam
Injilnya adalah Juruselamat yang berasal dari Roh Kudus (Mat 1:20). Apa yang
dikatakan diatas dikukuhkan dengan baptisan Yesus, yang dimana pada waktu Ia keluar
dari air, Ia melihat langit terbuka dan Roh Kudus (merpati) turun ke atas-Nya,
lalu terdengar suara dari sorga. Sejak itu Roh Kudus selalu ada padaNya. Oleh
kuasa itu Ia melakukan pekerjaan yang ditugaskan Allah. Selain itu, hubungan
Yesus dengan Roh Kudus kita baca juga sesuda Ia bangkit. Sebelum Ia naik ke
sorga Ia memberikan perintah oleh Roh Kudus kepada murid-Nya (Kis 1:2) dan
berjanji, bahwa Ia akan mengirim kepada mereka apa yang telah dijanjikan
Bapa-Nya. Dalam uraian ini kita melihat bahwa hubungan Yesus dengan Roh Kudus
pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek” (penerima), Namun pada Kitab
rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus sebagai “objek”. Hal
ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya saling mengisi dan
melengkapi.
Kemudian,
ada pendapat dari aliran adoptianisme yang berpendapat : Yesus adalah manusia,
yang sesuai dengan rencana Allah telah dilahirkan dari Maria oleh pekerjaan Roh
Kudus. Yesus bukan makhluk sorgawi yang baru menjadi manusia oleh kelahirannya.
Ia adalah manusia biasa. Tetapi sesudah Ia menjalani suatu hidup yang saleh dan
sempurna, Roh Kudus turun ke atasNya, ketika Ia dibaptis. Dengan jalan demikian
Ia menjadi Kristus dan menerima perlengkapan yang Ia butuhkan untuk
pekerjaanNya. Dalam pekerjaanNya itu Ia memenuhi “keadilan” Allah. Itulah yang
membuat Dia lebih tinggi daripada manusia-manusia lain dan memberikanNya kuasa
atas mereka. Selanjutya ada lagi dari Teologi Liberal modern yang cenderung
menganggap Yesus sebagai manuia biasa, sekalipun lebih tinggi daripada
manusia-manusia lain, juga lebih tinggi daripada para nabi dan para rasul :
Yesus adalah manusia yang memiliki Roh Kudus. Sebagai reaksi terhadap pendapat
ini, gereja berat sebelah menekankan kenyataan bahwa Yesus adalah subjek Roh
Kudus dan Roh Kudus adalah pemberianNya kepada gereja dan kepada orang-orang
percaya.
Kedua
pedapat ini, seperti yang telah kita katakan, tidak boleh dipertentangkan. Kita
bukan saja percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, tetapi Ia juga
adalah sungguh-sungguh manusia. Pada satu pihak Ia adalah Anak Allah (Kis 8:36;
Gal 2:20), Anak Tunggal yang ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18), dalam Dia berdiam
secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an (Kol. 2:9), Ia adalah Allah yang
Mahabesar (Tit. 2:13), Ia setara dengan Allah (Flp. 2:6). Tetapi pada pihak
lain Ia menjadi sama dengan manusia, dan benar-benar adalah manusia.
Ada
pemahaman yang menarik tentang hubungan Yesus dan Roh Kudus, yang dimana Roh
Kudus dijelaskan sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan terlepas dari Yesus.
Paham ini umumnya dianut oleh Gereja-gereja Pentakosta (terbalik dari pemahaman
Yesus dan Roh Kudus saling berkaitan). Disini Roh adalah kuasa yang bertindak
sendiri, dan berhubungan dengan manusia secara individu. Roh Kudus juga
dianggap sebagai kuasa yang menciptakan suatu dunia sendiri. Ia bukanlah alat
Kristus melainkan Ia adalah sumber dari karya-karya baru. Paham seperti ini
tentu memiliki kebenaran namun juga kelemahan. Sebab dengan jalan memutuskan
hubungan Roh Kudus dan Kristus dan langsung menghubungkanNya dengan manusia,
timbul bermacam-macam bahaya, seperti adanya pembedaan antara Roh Allah dan Roh
manusia, juga menggeser posisi Kristus sebagai satu-satunya pusat dan objek
kepercayaan.
Roh
Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau
Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik. Di
dalam Dia Kristus hadir di bumi. Kristus juga adalah Roh (2 Kor 3:17),. Roh
Kudus adalah cara baru dari tindakah Kristus di bumi.
3. Roh
Kudus dan Apostolat[5]
Dalam
Gereja Roma Katolik, Roh Kudus terutama dianggap sebagai jiwa dan pemelihara
gereja. Dalam Gereja-gereja Pentakosta Roh Kudus terutama dilihat sebagai kuasa
Ilahi yang memberikan karunia-karunia rohani kepada anggota-anggota jemaat.
Dalam Gereja-gereja Protestan, Roh Kudus terutama ditafsir sebagai kuasa yang
menciptakaan kehidupan rohani dalam pembenaran dan pengudusan. Jadi dalam
gereja-gereja kita, Roh Kudus hanya berfungi sebagai pendiri gereja dan
pembangun anggota-anggota jemaat, dan bukan sebagai kuasa yang memperbaharui
dan yang menghidupkan dalam dunia.
Berdasarkan diatas, bila kita pertanyakan
mengenai Apostolat kepada gereja-gereja kita, makan akan ada jawaban yang
berbeda-beda. Dalam Kitab Suci, Apostolat lebih dari karya penyelamatan Allah.
Ia langsung berhubungan, baik dengan diri dan pekerjaan Yesus sebagai Mesias,
maupun dengan masa depan agung yang kita harapkan. Melalui perkataan dan
perbuatan Mesias, Kerajaan Allah membelah masuk ke dalam dunia dan dengan itu
tibalah zaman akhir. Apa yang dijanjikan dahulu dengan perantaraan para nabi,
sekarang menjadi kenyataan. Karena itu Apostolat bukan saja berhubungan dengan
diri sendiri tetapi juga dengan masa depan. Kedua hubungan ini adalah
Kristologis dan hubungan Eskatologis. Dengan turunnya Roh Kudus, yaitu Roh-Nya,
maka tibalah akhir zaman. Dan zaman akhir ini tidak akan berakhir sebelum Injil
Kerajaan Allah diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua
bangssa (Mat 24:14). Disini dapat kita lihat eratnya hubungan Roh Kudus dengan
Apostolat. Karunia Roh Kudus adalah kehadiran dari pekabaran Injil kepada
bangsa-bangsa kafir. Pemberitaan firman sampai ke ujung bumi bergantung pada
penerimaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah perluasan dari kehadiran Allah yang
menyelamatkan di seluruh dunia. Dan Apostolat adalah salah satu dari
karya-karya Allah yang besar, Tanpa Apostolat sebagai gerakan dari Roh Kudus
yang mengutus, maka karya-karya Allah yang lain tidak akan pernah diketahui dan
diakui dimana-mana dunia sebagai karya besar. Pada satu pihak Apostolat
memimpin kita kepada karya-karya Allah pada masa lampau dan pada pihak lain sekaligus
mengarahkan pandangan kita kepada apa yang Allah sedang buat di masa depan.
Bagi
Injil subjek Apostolat adalah Roh Kudus. Ialah pelaku yang sebenarnya. Ialah
yang menginsafkan dunia tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman, bukan kita.
Dalam Yoh 15:26-27 Yesus mengatakan, bahwa kalau Penghibur yang akan Ia utus
datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, maka Roh itu akan bersaksi
tentang Dia, dan murid-muridNya juga harus turut bersaksi. Yang Yesus maksudkan
disini adalah bahwa sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga
bertanggungjawab penuh atas tugas yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan
Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan.
4. Roh
Kudus dan Gereja
a. Pekerjaan
Roh Kudus dalam Gereja sebagai Tubuh.[6]
Menurut
Kesaksian Kitab Suci, gereja sebagai tubuh, persekutuan, bukan hasil pekerjaan
anggota-anggotanya, tetapi ciptaan Roh Kudus. Persekutuan itu bukan karena
kemauan mereka, tetapi karena terpanggil dan dikumpulkan oleh Tuhan atas gereja.(Kis
2). Roh adalah pemberian Allah yang menciptakan gereja di dunia. Allah buat itu
antara lain dengan jalan meniadakan segala rintangan-rintangan rasial, politis,
sosial, kultural,dll. Roh Kudus juga sebagai pendamai dan pemersatu iman dalam
satu tubuh yaitu gereja. Dan sebagai tanda dari kuasa itu adalah menunjuk
kepada cara hidup yang Tuhan maksudkan untuk umat manusia. Paulus juga
menjelaskan hal ini di Suratnya di Korintus yang mana, gereja merupakan satu
Tubuh Kristus, dan yang sebagai kepala Tubuhnya itu adalah Kasih Kristus
sebagai pusat kehidupan anggota-anggota gereja. Paulus juga mengajak agar
anggota jemaat berbagi Kasih dalam pelayanan kepada orang lain, terutama pelayanan
yang kurang mendapatkan Kasih. Maksudnya disini, Bahwa Gereja adalah satu
tubuh, dan terdiri dari anggota-anggota yang memiliki rupa-rupa karunia. Hal
ini bukan untuk membahayakan kesatuan gereja, namun Allah bermasuk agar anggota
gereja dapat saling melengkapi dan melayani.
Perkataan
Paulus diatas, dapat juga kita jelaskan dengan pengertian koinonia “persekutuan”. Pengertian ini banyak dipakai dalam
Perjanjian Baru, sering erat dihubungkan dengan Roh Kudus. Yang paling terkenal
di antara nats-nats itu ialah 2 Korintus 13:13, yaitu rumusan berkat tiap-tiap
Minggu yang diucapkan oleh pendeta dalam kebaktian-kebaktian kita : “Anugerah
Tuhan Yesus Kristus dan Kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu
sekalian”. Yang dimaksudkan dengan “persekutuan Roh Kudus” di sini adalah
persekutuan yang Roh Kudus berikan, yaitu persekutuan dengan Allah dan
persekutuan dengan orang lain.
b. Pekerjaan
Roh Kudus dalam Gereja sebagai Lembaga[7]
Kita menyangka bahwa Roh Kudus tidak mempunyai
sangkut-paut dengan institusional dan organisator dari gereja. Namun bila jelas
kita baca, bahwa Roh Kudus juga bekerja dalam perbuatan-perbuatan lahiriah dari
gereja dalam pelayanannya, dalam jabatannya, dan lain-lain. Ada kesaksian dari
para ahli yang mengatakan, bahwa Roh Kudus memakai pelayanan atau jabatan
sebagai alatnya. Hal ini jelas kita baca dalam surat-surat penggembalaan. Dan
juga dalam surat-surat yang lain, khususnya di mana dikatakan, bahwa Kristus
yang bangkit (=Roh Kudus) yang memberikan karunia kepada manusia. Seperti pada
Efesus 4:11-12, “ Dan Ialah (Kristus yang bangkit) yang memberikan baik
rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun
gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlangkapi orang-orang kudus
bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangungan tubuh Kristus.
Dari
penjelasan ini, menyadarkan kita betapa pentingnya aspek ini dan pekerjaan Roh
Kudus. Karena itu kita tidak boleh mengabaikannya. Kita semua, anggota-anggota
jemaat harus sadar, bahwa dalam kegiatan gereja, seperti dalam ibadah, dalam
pemberitaan firman, dalam pelayanan baptisan, dalam pelayanan perjamuan kudus,
dan lain-lain, kita bukan berhadapan dengan pikiran dan tindakan manusiawi,
tetapi dengan pelayanan Roh Kudus sendiri, pelayanan Roh Kudus yang memakai pelayanan
manusia sebagai alat-Nya.
Hubungan
erat antara aspek persekutuan dan aspek konstitusional dari gereja belum
berhasil dirumuskan dengan baik oleh Komisi “Faith and Order”. Kedua aspek itu
masih tetap merupakan suatu dualitas.
5. Roh
Kudus dan Anggota Jemaat sebagai Pribadi
Ada bebarapa aspek yang memperlihatkan dengan jelas
mengenai Pekerjaan Roh Kudus dalam hidup atau diri anggota-anggota jemaat.
a. Kelahiran
Kembali[8]
Kelahiran
Baru berasal dari terjemahan bahasa Yunani, palingenesia.
Palin = kembali, sekali lagi dan genesis
= Kejadian, Kelahiran.Penggabungan dari 2 kata ini menjadi suatu kiasan untuk
menyatakan suatu peristiwa pembaruan total. Kelahiran kembali tidak boleh
dianggap sebagai suatu hal yang hanya mengenal batin dan jiwa manusia saja,
seperti yang dibuat oleh pietisme dan oleh separuh ahli teologi kita pada waktu
ini. Sama pengertian-pengertian lain dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian
Baru, yang memaparkan pekerjaan Roh Kudus seperti pertobatan, penyucian,
pembenaran, pengudusan dan lain-lain. “Kelahiran Kembali” erat hubungannya
dengan Kerajaan Allah. Kerajaan itu
telah ada di dalam duni, tetapi “secara tersembunyi”. Jemaat Kristus adalah
tanda dari Kerajaan itu, tanda yang mengandung janji, bahwa Kerajaan itu sekali
kelak akan dinyatakan Allah (akan nampak). Pembaruan total yang dibawa oleh
Kerjaan itu dan yang sedang kita nantikan sekarang, harus dinyatakan dalam
hidup dan pekerjaan anggota-anggota jemaat.
Pembaruan
total yang diberikan dalam Kitab Suci dan yang kita percayai, bukanlah suatu hal
yang “murni” eskatologis. Pembaruan itu dalam iman, dan telah dimiliki jemaat
sekarang, dalam hidupnya di dunia. Pekerjaan pembaruan Roh Kudus dalam manusia
adalah benar. Karena itu mereka harus kita dengarkan. Tetapi anggapan yang tidak
menyetujui ajaran itu harus juga kita perhatian. Sebab dalam Kitab Suci bukan
saja dikatakan bahwa kita hanya diselamatkan oleh karena iman dan kepercayaan,
tetapi juga bahwa iman atau kepercayaan tanpa perbuatan adalah iman atau
kepercayaan yang mati.
b. Pembenaran
dan Pengudusan[9]
· Pembenaran
– terjemahan dari bahasa Yunani dikaiosis
(dari dikaiosune = kebenaran,
keadilan). Ini adalah suatu kiasan untuk menyatakan pembaruan total yang
dikerjakan Allah melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Menurut kesaksian Kitab Suci
orang-orang berdosa, orang-orang yang berontak melawan Allah. Sebab itu kita
dimurkai Allah dan dijatuhi hukuman mati. Tetapi hukuman itu tak dapat kita
tanggung, sehingga Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menanggungnya
menggantikan kita. Ia telah memenuhi kebenaran dan keadilan Allah. Siapa yang
percaya kepadaNya, akan beroleh bagian dalam kebenaran dan keadilan itu. Hal
ini memberi pengertian bahwa pembenaran bukanlah suaut kodrat ilahi daam
manusia yang perlahan-lahan mengubahnya, sehingga ia semakin lama semakin
bertambah benar di hadapan Allah, seperti yang diajarkan oleh Gereja Roma Katolik
dan Gereja Protestan. Dibenarkan artinya memandang kepada Kristus dan percaya
bahwa oleh korban tebusan yang Ia bawa di Golgota, kita dibaharui, dilahirkan
kembali menjadi anak-anak Allah. Tetapi percaya itu adalah suatu perbuatan yang
harus terus-menerus diulangi dan yang tiap-tiap kali, pada saat pengulangan,
menempatkan kita lagi dalam peristiwa pembenaran.
·
Pengudusan- ini merupakan suatu kiasan yang menyatakan
realitas dari buah percaya kepada Kristus. Sesuai dengan itu teologi
sistematika berkata tentang dua macam Pengudusan yaitu, Pengudusan mutlak dan
Pengudusan relatif. Yang dimaksud dengan Pengudusan Mutlak adalah Pengudusan
yang serempak berlangsung dengan pembenaran. Oleh percaya kepada Kritus, kita
yang dibenarkan adala benar-benar orang yang dikuduskan, orang yang benar-benar
lahir kembali. Dikuduskan, artinya diasingkan untuk dipakai sebagai alat dalam
karya penyelamatan Allah. Karena itu pengudusan yang mutlak tadi harus
menyatakan dirinya dalam pengudusan yang relatif. Apa yang ktia percayai dan
harapkan harus tampak dalam hidup di dunia.
c. Mati
dan Hidup bersama-sama dengan Kristus[10]
Menurut
kesaksian Kitab Suci hukuman mati yang harus ditanggung manusia karena dosanya,
telah ditanggung oleh Kristus. Ia mati dan hancur dibawah hukuman itu. Tetapi
dalam kematianNya itu Ia tidak sendiri. Di dalam Dia orang-orang percaya juga
turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka
dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan
dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari
hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan
kematian itu. Hal itu terjadi dalam Kristus. Itulah sebabnya, maka dalam
Alkitab (Perjanjian Baru) kita sering membaca tentang: disalibkan bersama-sama,
dikuburkan bersama-sama, dibangkitkan bersama-sama, hidup bersama-sama dengan
Kristus.
6. Roh
Kudus dan Dunia[11]
Pekerjaan Roh Kudus bukan saja mencakup manusia dan
lembaga-lembaga, tetapi dunia keseluruhannya. Dalam Perjanjian Lama telah kita
lihat sebelumnya, dimana ruakh adalah
Roh Allah yang juga berperan dalam Penciptaan. Kemudian di Perjanjian Baru,
telah nyata dalam Yesus. Dalam Matius 28: 19-20 dikatakan, “Pergiah, jadikanlah
semua bangsa muridKu. . . dan ajarkalah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Tugas ini
dipercayakan kepada murid-murid. Tetapi pelaku yang sebenarnya adalah Tuhan
sendiri. Ia sebagai Roh, yang membebasakan manusia. Menobatkan artinya membebaskan
dari kuasa-kuasa yang membelenggu dan menciptakan pola hidup yang baru, yang
lama kelamaan mempengaruhi lingkungan. Hal itu telah kita lihat dalam
jemaat-jemaat pertama, seperti yang khususnya tercermin dalam nasihat-nasihat
tentang hubungan antara anggota jemaat yang satu dengan yang lain, antara suami
dan istri, antara orangtua dan anak, antara tuan dan hamba. Kewibawaan Tuhan,
oleh pekerjaan Roh sangat dalam mempengaruhi kehidupan kemasyarakatan. Segala
sesuatu yang baik, yang sedang diusahakan di berbagai bidang politik, sosial,
hukum, agama, kebudayaan, sains, dan lain-lain, dilihat sebagai pengaruh yang
langsung dan tak langsung dari pekerjaan Roh Kudus.
7. Roh
Kudus dan Penggenapan[12]
Pertama- Kristus, Roh Kudus dan penggenapan serta
berhubungan. Hubungan yang erat ini, diungkapkan Paulus dalam bagian terakhir
dari 2 Korintus 3:18, “Dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi
serupa dengan gambaran-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” Yang dimaksudkan
Rasul Paulus disini ialah bahwa pengubahan kita dalam kemuliaan Kristus yang
telah mulai, akan berlangsung terus sampai ia mencapai kepenuhannya dalam
Kerajaan Allah, yaitu pengubahan seluruh ciptaan dengan manusia baru. Kemudian,
Roh Kudus membuat kita mengarahkan pandangan dengan penuh ke masa penggenapan.
Kesaksian ini merupakan perbedaan yang esensial antara apa yang biasa kita
sebut pengharapan manusiawi dan pengharapan yang dikerjakan Roh Kudus di dalam
kita. Apa yang biasa kita sebut pengharapan umumnya timbul didorong oleh
kekecewaan yang kita alami pada masa lampau dan masa kini. Pengharapan adalah
suatu kompensasi dari apa yang tidak kita peroleh, suatu penghiburan yang kita
sendiri ciptakan. Karena itu pengharapan itu sangat berbeda dengan pengharapan
yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri kita.Namun Pengharapan Kristen
sebaliknya bersumber pada apa yang dimiliki, yang memberikan perspektif kepada
perolehan atas pemilikan yang lebih banyak. Karena itu dalam Kitab Suci,
pengharapan sering disebut bersama-sama dengan iman dan kasih.
Roh
Kudus telah dikaruniakan kepada kita sebagai pemberian pertama dari panen yang
akan datang. Roh Kudus, dengan segal pemberian-Nya dalam bentuk pertobatan,
pengampunan, persekutuan dengan Allah dan kegembiraan dalam Dia, adalah
permulaan dari pemuliaan kita yang akan datang, antisipasi dari Kerajaan Allah.
Pekerjaan Roh Kudus sama dengan isi penggenapan, Roh Kudus memberi jaminan yang
akan didapat di masa depan. Apa yang kini kita peroleh dari Roh Kudus secara mendasar
sama dengan apa yang akan kita peroleh di masa depan. Maksudnya Pekerjaan Roh
Kudus disini adalah bahwa Tuhan Allah menguasai hidup kita dan mulai mengubah
eksistensi kita menurut gambar Kristus. Penggenapan ialah selesainya proses
pekerjaan Roh Kudus dalam alam semesta.
BAB III
Tanggapan Dogmatika
Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh
Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan
dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api.[13] Data
Alkitabiah menyatakan Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari
Allah pengasih yang kudus dan sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia.
Roh Kudus memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan
orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yang bangkita dalam dirinya.[14]
Roh Kudus ini tak ada sangkut
pautnya dengan “Rokh Suci”, sebagaimana dimaksudkannya dalam mistik. Roh Kudus
adalah Allah sendiri, yang datang kepada kita dari luar (atas) yang menyatakan
diriNya kepada kita serta berindak terhadap kita.[15] Karya
Roh Allah dalam batin manusia mempunyai arti khusus berhubungan dengan iman.
Dan karya Roh itu sama sekali tidak terbatas pada Gereja, pada penerimaan injil
yang ditawarkan. Roh yang bertiup kemana Ia mau, dari semula hadir dalam diri
manusia, bukan hanya pada zaman dan dalam keterbatasan Gereja. Roh Kudus adalah
suara Allah dalam diri manusia, yang menghimbau supaya hati nurani dibuat
menjadi pedoman untuk segala tingkah laku. Dan di mana, dalam kekuatan Roh
Kudus, orang telah menerima wahyu Allah, maka Roh itu senantiasa memberikan
pemahaman baru akan firman Tuhan. Roh Kudus memperdalam pengetahuan mengenai
Allah. Ia memperlihatkan betapa tak tersela dan tak terbatas kekayaan Kasih
Allah. Roh Kudus adalah Roh Allah Bapa. Roh Allah berarti Karya Allah Bapa
dalam ciptaan, khususnya dalam manusia, yang senantiasa dilaksanakan dan terus
dilaksanakan oleh-Nya.[16]
Pikiran penting dari Paulus
menyangkut Roh Kudus. Pertama, Roh Kudus tidaklah merupakan milik istimewa dari
pribadi-pribadi tertentu yang berkarunia istimewa. Roh merupakan kehidupan
Kristus yang bermukim pada persekutuan orang-orang percaya, dan yang memberi
penerangan. Kedua, Puncak dari karya Roh Kudus adalah Kasih. Kasih merupakan satu-satunya tanda yang pasti dari Karya Roh
Kudus.[17]
Dalam Roh Kudus, Kasih Kristus
menjadi dasar dan akar hidup. Pada dasar itu orang percaya dibangun. Dogmatika
menyebut hal ini “pembenaran” /justification.
Justification adalah fondasi yang di atasnya iman orang Kristen dibangun.
Pembenaran juga merupakan dasar dari mana iman orang Kristen berasal. Ini
adalah tanda Anugerah Allah, mujizat pembenaran. Justification juga adalah aspek yang mendasar dan penting yang
berlaku dalam pekerjaan Kristus dan Roh Kudus untuk membarui kehidupan manusia.[18]
BAB IV
KESIMPULAN
· Hubungan
Yesus dengan Roh Kudus pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek”
(penerima), Namun pada Kitab rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus
sebagai “objek”. Hal ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya
saling mengisi dan melengkapi. Roh
Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau
Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik.
Sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tuga yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu.
Sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tuga yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu.
[1] Abineno, J.L.Ch, Roh
Kudus dan Pekerjaan-Nya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 1-2
[3] Ibid 10-16
[13] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 318
[14] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini, 320-321
[15] Niftrik & J.Bolank, Dogmatika
Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),334
[16] Herbert Vorgrimler, Trinitas
: Bapa, Firman, Roh Kudus, (Yogyakarta : Kanisius, 2005), 59-63
[17]Nazarius Rumpak, Masa
Roh Kudus dan Kasih Karunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 8-10
[18] Ebenhaizer I. N.T, Aku
Memahami yang Aku Imani : Memahami
Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan karunia-karunia Roh secara bertanggungjawab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 50-51
2 comments:
Terima Kaih untuk artikelnya . Baguss
sama-sama brother
Post a Comment