Pages

Subscribe:

18 Sept 2016

ROH KUDUS (HOLY SPIRIT)

BAB I
PENDAHULUAN
      Dalam gereja-gereja kita di Indonesia soal-soal pneumatologis (ajaran tentang Roh Kudus) kurang mendapat perhatian. Hal itu tampak dengan jelas kalau dibandingkan dengan soal-soal Kristologi. Dalam pengakuan, Katekisasi, Khotbah dan pelayanan-pelayanannya yang lain gereja-gereja kita jauh lebih banyak berbicara tentang Kristus dan karya penyelamatan-Nya dibanding dengan Roh Kudus. Ada orang yang mengatakan, hal itu disebabkan oleh sifat Roh Kudus, seperti yang ada di Yohanes 16:13. Menurut mereka nats ini mengatakan bahwa Roh Kudus tidak mengarahkan perhatian kita kepada diriNya sendiri, tetapi kepada Kristus dan karya penyelamatan-Nya. Pada satu pihak Roh Kudus menyembunyikan diri-Nya dalam Kristus dan pada pihak lain dalam hidup gereja dan hidup orang-orang percaya. Karena itulah Ia jarang disebut. Sadar atau tidak sadar Roh Kudus dianggap sebagai alat Kristus.[1]
     Selain itu masih banyak lagi, berbagai pihak yang mengemukakan pendapatnya mengenai penyebab kurangnnya perhatian gereja terhadap Roh Kudus dan PekerjaanNya. Namun sebenarnya tidak penting bagi kita mengetahui semua itu. Yang terpenting adalah kenyataan, bahwa gereja-gereja kita kurang sekali berkata-kata tentang Roh Kudus dan pekerjaanNya. Maka dari itu, melalui tulisan ini, penulis akan memaparkan penjelasan mengenai Roh Kudus dan PekerjaanNya.

BAB II
ISI RINGKAS
1.      Roh Kudus
a.       Pengertian Roh dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru[2]
          Kata Roh diambil dalam bahasa Ibrani yaiut ruakh dan kata Yunaninya yaitu pneuma. Pertama, kedua kata ini berarti gerakan udara yang disebabkan oleh nafas. Karena itu ruakh dan pneuma dapat diterjemahkan dengan “nafas”. Atau dengan arti kiasan “nyawa” dan “semangat” (yang memberikan kehidupan pada tubuh). Hal ini khususnya bagi kata Ibrani “ruakh” yang sering dihubungkan dengan kata lain, seperti ruakh hikmat, ruakh nasihat, ruakh keberanian, ruakh kemarahan, dan lain-lain. Sebagai contoh dapat kita lihat di Mazmur 33: 6; 135:15; Yesaya 11:4; Kej. 7: 22; Yeremia 10: 14.
          Menurut Perjanjian Lama, Allah adalah Roh. Bukan dalam arti yang salah, seperti yang masih terdapat diantara banyak anggota jemaat, yaitu bahwa Ia tidak tampak dan karena itu hadir dimana-mana. Yang dimaksudkan oleh penulis Perjanjian lama dengan ungkapan itu adalah, bahwa Yahwe adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Maka demikian Ia (Allah) adalah sumber hidup dari segala sesuatu yang ada di dunia ini khususnya manusia (Kej 2: 7). Di mana Allah ada, di mana Ia hadir dan bertindak, disitu Roh-Nya bekerja. Kesaksian tentang ini banyak kita dapat dalam Kitab Suci.
         Kesaksian yang sama kita temui juga dalam Perjanjian Baru. Pneuma mempunya arti yang sama dengan ruakh yaitu nafas, nyawa, angin, dll. Sama seperti ungkapan Allah adalah ruakh dalam Perjanjian Lama, demikian pula ungkapan Allah adalah pneuma dalam Perjanjian Baru, yang berarti bahwa Allah adalah Allah yang bernafas, Allah yang hidup, Allah yang bertindak. Dengan itu Allah memberi hidup kepada ciptaan-Nya, Ia membebaskan manusia dari dosa dan kematian, Ia menguatkan dan memimpin kepada kebenaran, dll.
b.      Gambaran di PL dan PB[3]
          Dalam Perjanjian Lama, Tindakan Allah sebagai Roh yang hidup bukan saja berupa penciptaan dan pemeliharaan dunia, tetapi juga mencakup penyelamatan manusia dari kuasa, setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam karya penyelamatanNya itu Tuhan Allah memakai Israel sebagai “alat”-Nya. Tetapi Israel tidak setia keppada tugas dan penggilannya itu. Berulang-ulang ia murtad dan “menjual” dirinya kepada bangsa-bangsa dan ilah-ilah asing. Namun Allah masih tetap setia dengan janjinya dengan bangsa Israel. Maka Ia masih terus membebaskan Israel kembali dari perbudakan dan memberikan kepadanya kesempatan baru.
          Dalam Perjanjian Baru kita temui kesaksian yang sama. Menurut para rasul zaman akhir, yang dinubuatkan oleh para nabi dalam Perjanjian Lama, telah tiba. Mesias telah datang. Ialah Raja yang dijanjikan = Raja yang diurapi. Ia berasal “dari Roh Kudus”. Sejak lahir-Nya Roh Kudus berada di dalam-Nya. Pertama, pada waktu Ia dibaptis, Roh Kudus yang berupa burung merpati turun keatas-Nya dan terdengar suara dari sorga. (Mrk 1:10-11).
       Kemudian, Kedua, dalam rumah ibadat di Nazaret Ia membacakan Yesaya 61: 1-2 dimana tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pebebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang”.
2.      Roh Kudus dan Kristus[4]
          Matius memulai tulisannya dengan mengatakan bahwa Yesus yang ia beritakan dalam Injilnya adalah Juruselamat yang berasal dari Roh Kudus (Mat 1:20). Apa yang dikatakan diatas dikukuhkan dengan baptisan Yesus, yang dimana pada waktu Ia keluar dari air, Ia melihat langit terbuka dan Roh Kudus (merpati) turun ke atas-Nya, lalu terdengar suara dari sorga. Sejak itu Roh Kudus selalu ada padaNya. Oleh kuasa itu Ia melakukan pekerjaan yang ditugaskan Allah. Selain itu, hubungan Yesus dengan Roh Kudus kita baca juga sesuda Ia bangkit. Sebelum Ia naik ke sorga Ia memberikan perintah oleh Roh Kudus kepada murid-Nya (Kis 1:2) dan berjanji, bahwa Ia akan mengirim kepada mereka apa yang telah dijanjikan Bapa-Nya. Dalam uraian ini kita melihat bahwa hubungan Yesus dengan Roh Kudus pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek” (penerima), Namun pada Kitab rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus sebagai “objek”. Hal ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya saling mengisi dan melengkapi.
        Kemudian, ada pendapat dari aliran adoptianisme yang berpendapat : Yesus adalah manusia, yang sesuai dengan rencana Allah telah dilahirkan dari Maria oleh pekerjaan Roh Kudus. Yesus bukan makhluk sorgawi yang baru menjadi manusia oleh kelahirannya. Ia adalah manusia biasa. Tetapi sesudah Ia menjalani suatu hidup yang saleh dan sempurna, Roh Kudus turun ke atasNya, ketika Ia dibaptis. Dengan jalan demikian Ia menjadi Kristus dan menerima perlengkapan yang Ia butuhkan untuk pekerjaanNya. Dalam pekerjaanNya itu Ia memenuhi “keadilan” Allah. Itulah yang membuat Dia lebih tinggi daripada manusia-manusia lain dan memberikanNya kuasa atas mereka. Selanjutya ada lagi dari Teologi Liberal modern yang cenderung menganggap Yesus sebagai manuia biasa, sekalipun lebih tinggi daripada manusia-manusia lain, juga lebih tinggi daripada para nabi dan para rasul : Yesus adalah manusia yang memiliki Roh Kudus. Sebagai reaksi terhadap pendapat ini, gereja berat sebelah menekankan kenyataan bahwa Yesus adalah subjek Roh Kudus dan Roh Kudus adalah pemberianNya kepada gereja dan kepada orang-orang percaya.
         Kedua pedapat ini, seperti yang telah kita katakan, tidak boleh dipertentangkan. Kita bukan saja percaya bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh Allah, tetapi Ia juga adalah sungguh-sungguh manusia. Pada satu pihak Ia adalah Anak Allah (Kis 8:36; Gal 2:20), Anak Tunggal yang ada di pangkuan Bapa (Yoh 1:18), dalam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an (Kol. 2:9), Ia adalah Allah yang Mahabesar (Tit. 2:13), Ia setara dengan Allah (Flp. 2:6). Tetapi pada pihak lain Ia menjadi sama dengan manusia, dan benar-benar adalah manusia.
      Ada pemahaman yang menarik tentang hubungan Yesus dan Roh Kudus, yang dimana Roh Kudus dijelaskan sebagai pribadi yang berdiri sendiri dan terlepas dari Yesus. Paham ini umumnya dianut oleh Gereja-gereja Pentakosta (terbalik dari pemahaman Yesus dan Roh Kudus saling berkaitan). Disini Roh adalah kuasa yang bertindak sendiri, dan berhubungan dengan manusia secara individu. Roh Kudus juga dianggap sebagai kuasa yang menciptakan suatu dunia sendiri. Ia bukanlah alat Kristus melainkan Ia adalah sumber dari karya-karya baru. Paham seperti ini tentu memiliki kebenaran namun juga kelemahan. Sebab dengan jalan memutuskan hubungan Roh Kudus dan Kristus dan langsung menghubungkanNya dengan manusia, timbul bermacam-macam bahaya, seperti adanya pembedaan antara Roh Allah dan Roh manusia, juga menggeser posisi Kristus sebagai satu-satunya pusat dan objek kepercayaan.
         Roh Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik. Di dalam Dia Kristus hadir di bumi. Kristus juga adalah Roh (2 Kor 3:17),. Roh Kudus adalah cara baru dari tindakah Kristus di bumi.
3.      Roh Kudus dan Apostolat[5]
        Dalam Gereja Roma Katolik, Roh Kudus terutama dianggap sebagai jiwa dan pemelihara gereja. Dalam Gereja-gereja Pentakosta Roh Kudus terutama dilihat sebagai kuasa Ilahi yang memberikan karunia-karunia rohani kepada anggota-anggota jemaat. Dalam Gereja-gereja Protestan, Roh Kudus terutama ditafsir sebagai kuasa yang menciptakaan kehidupan rohani dalam pembenaran dan pengudusan. Jadi dalam gereja-gereja kita, Roh Kudus hanya berfungi sebagai pendiri gereja dan pembangun anggota-anggota jemaat, dan bukan sebagai kuasa yang memperbaharui dan yang menghidupkan dalam dunia.
       Berdasarkan diatas, bila kita pertanyakan mengenai Apostolat kepada gereja-gereja kita, makan akan ada jawaban yang berbeda-beda. Dalam Kitab Suci, Apostolat lebih dari karya penyelamatan Allah. Ia langsung berhubungan, baik dengan diri dan pekerjaan Yesus sebagai Mesias, maupun dengan masa depan agung yang kita harapkan. Melalui perkataan dan perbuatan Mesias, Kerajaan Allah membelah masuk ke dalam dunia dan dengan itu tibalah zaman akhir. Apa yang dijanjikan dahulu dengan perantaraan para nabi, sekarang menjadi kenyataan. Karena itu Apostolat bukan saja berhubungan dengan diri sendiri tetapi juga dengan masa depan. Kedua hubungan ini adalah Kristologis dan hubungan Eskatologis. Dengan turunnya Roh Kudus, yaitu Roh-Nya, maka tibalah akhir zaman. Dan zaman akhir ini tidak akan berakhir sebelum Injil Kerajaan Allah diberitakan di seluruh dunia sebagai kesaksian bagi semua bangssa (Mat 24:14). Disini dapat kita lihat eratnya hubungan Roh Kudus dengan Apostolat. Karunia Roh Kudus adalah kehadiran dari pekabaran Injil kepada bangsa-bangsa kafir. Pemberitaan firman sampai ke ujung bumi bergantung pada penerimaan Roh Kudus. Roh Kudus adalah perluasan dari kehadiran Allah yang menyelamatkan di seluruh dunia. Dan Apostolat adalah salah satu dari karya-karya Allah yang besar, Tanpa Apostolat sebagai gerakan dari Roh Kudus yang mengutus, maka karya-karya Allah yang lain tidak akan pernah diketahui dan diakui dimana-mana dunia sebagai karya besar. Pada satu pihak Apostolat memimpin kita kepada karya-karya Allah pada masa lampau dan pada pihak lain sekaligus mengarahkan pandangan kita kepada apa yang Allah sedang buat di masa depan.
      Bagi Injil subjek Apostolat adalah Roh Kudus. Ialah pelaku yang sebenarnya. Ialah yang menginsafkan dunia tentang dosa, kebenaran, dan penghakiman, bukan kita. Dalam Yoh 15:26-27 Yesus mengatakan, bahwa kalau Penghibur yang akan Ia utus datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, maka Roh itu akan bersaksi tentang Dia, dan murid-muridNya juga harus turut bersaksi. Yang Yesus maksudkan disini adalah bahwa sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tugas yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan.
4.      Roh Kudus dan Gereja
a.      Pekerjaan Roh Kudus dalam Gereja sebagai Tubuh.[6]
      Menurut Kesaksian Kitab Suci, gereja sebagai tubuh, persekutuan, bukan hasil pekerjaan anggota-anggotanya, tetapi ciptaan Roh Kudus. Persekutuan itu bukan karena kemauan mereka, tetapi karena terpanggil dan dikumpulkan oleh Tuhan atas gereja.(Kis 2). Roh adalah pemberian Allah yang menciptakan gereja di dunia. Allah buat itu antara lain dengan jalan meniadakan segala rintangan-rintangan rasial, politis, sosial, kultural,dll. Roh Kudus juga sebagai pendamai dan pemersatu iman dalam satu tubuh yaitu gereja. Dan sebagai tanda dari kuasa itu adalah menunjuk kepada cara hidup yang Tuhan maksudkan untuk umat manusia. Paulus juga menjelaskan hal ini di Suratnya di Korintus yang mana, gereja merupakan satu Tubuh Kristus, dan yang sebagai kepala Tubuhnya itu adalah Kasih Kristus sebagai pusat kehidupan anggota-anggota gereja. Paulus juga mengajak agar anggota jemaat berbagi Kasih dalam pelayanan kepada orang lain, terutama pelayanan yang kurang mendapatkan Kasih. Maksudnya disini, Bahwa Gereja adalah satu tubuh, dan terdiri dari anggota-anggota yang memiliki rupa-rupa karunia. Hal ini bukan untuk membahayakan kesatuan gereja, namun Allah bermasuk agar anggota gereja dapat saling melengkapi dan melayani.
         Perkataan Paulus diatas, dapat juga kita jelaskan dengan pengertian koinonia “persekutuan”. Pengertian ini banyak dipakai dalam Perjanjian Baru, sering erat dihubungkan dengan Roh Kudus. Yang paling terkenal di antara nats-nats itu ialah 2 Korintus 13:13, yaitu rumusan berkat tiap-tiap Minggu yang diucapkan oleh pendeta dalam kebaktian-kebaktian kita : “Anugerah Tuhan Yesus Kristus dan Kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian”. Yang dimaksudkan dengan “persekutuan Roh Kudus” di sini adalah persekutuan yang Roh Kudus berikan, yaitu persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan orang lain.
b.      Pekerjaan Roh Kudus dalam Gereja sebagai Lembaga[7]
          Kita menyangka bahwa Roh Kudus tidak mempunyai sangkut-paut dengan institusional dan organisator dari gereja. Namun bila jelas kita baca, bahwa Roh Kudus juga bekerja dalam perbuatan-perbuatan lahiriah dari gereja dalam pelayanannya, dalam jabatannya, dan lain-lain. Ada kesaksian dari para ahli yang mengatakan, bahwa Roh Kudus memakai pelayanan atau jabatan sebagai alatnya. Hal ini jelas kita baca dalam surat-surat penggembalaan. Dan juga dalam surat-surat yang lain, khususnya di mana dikatakan, bahwa Kristus yang bangkit (=Roh Kudus) yang memberikan karunia kepada manusia. Seperti pada Efesus 4:11-12, “ Dan Ialah (Kristus yang bangkit) yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlangkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangungan tubuh Kristus.
          Dari penjelasan ini, menyadarkan kita betapa pentingnya aspek ini dan pekerjaan Roh Kudus. Karena itu kita tidak boleh mengabaikannya. Kita semua, anggota-anggota jemaat harus sadar, bahwa dalam kegiatan gereja, seperti dalam ibadah, dalam pemberitaan firman, dalam pelayanan baptisan, dalam pelayanan perjamuan kudus, dan lain-lain, kita bukan berhadapan dengan pikiran dan tindakan manusiawi, tetapi dengan pelayanan Roh Kudus sendiri, pelayanan Roh Kudus yang memakai pelayanan manusia sebagai alat-Nya.
        Hubungan erat antara aspek persekutuan dan aspek konstitusional dari gereja belum berhasil dirumuskan dengan baik oleh Komisi “Faith and Order”. Kedua aspek itu masih tetap merupakan suatu dualitas.

5.      Roh Kudus dan Anggota Jemaat sebagai Pribadi
           Ada bebarapa aspek yang memperlihatkan dengan jelas mengenai Pekerjaan Roh Kudus dalam hidup atau diri anggota-anggota jemaat.
a.      Kelahiran Kembali[8]
        Kelahiran Baru berasal dari terjemahan bahasa Yunani, palingenesia. Palin = kembali, sekali lagi dan genesis = Kejadian, Kelahiran.Penggabungan dari 2 kata ini menjadi suatu kiasan untuk menyatakan suatu peristiwa pembaruan total. Kelahiran kembali tidak boleh dianggap sebagai suatu hal yang hanya mengenal batin dan jiwa manusia saja, seperti yang dibuat oleh pietisme dan oleh separuh ahli teologi kita pada waktu ini. Sama pengertian-pengertian lain dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Baru, yang memaparkan pekerjaan Roh Kudus seperti pertobatan, penyucian, pembenaran, pengudusan dan lain-lain. “Kelahiran Kembali” erat hubungannya dengan  Kerajaan Allah. Kerajaan itu telah ada di dalam duni, tetapi “secara tersembunyi”. Jemaat Kristus adalah tanda dari Kerajaan itu, tanda yang mengandung janji, bahwa Kerajaan itu sekali kelak akan dinyatakan Allah (akan nampak). Pembaruan total yang dibawa oleh Kerjaan itu dan yang sedang kita nantikan sekarang, harus dinyatakan dalam hidup dan pekerjaan anggota-anggota jemaat.
        Pembaruan total yang diberikan dalam Kitab Suci dan yang kita percayai, bukanlah suatu hal yang “murni” eskatologis. Pembaruan itu dalam iman, dan telah dimiliki jemaat sekarang, dalam hidupnya di dunia. Pekerjaan pembaruan Roh Kudus dalam manusia adalah benar. Karena itu mereka harus kita dengarkan. Tetapi anggapan yang tidak menyetujui ajaran itu harus juga kita perhatian. Sebab dalam Kitab Suci bukan saja dikatakan bahwa kita hanya diselamatkan oleh karena iman dan kepercayaan, tetapi juga bahwa iman atau kepercayaan tanpa perbuatan adalah iman atau kepercayaan yang mati.
b.      Pembenaran dan Pengudusan[9]
·                            Pembenaran – terjemahan dari bahasa Yunani dikaiosis (dari dikaiosune = kebenaran, keadilan). Ini adalah suatu kiasan untuk menyatakan pembaruan total yang dikerjakan Allah melalui Anak-Nya, Yesus Kristus. Menurut kesaksian Kitab Suci orang-orang berdosa, orang-orang yang berontak melawan Allah. Sebab itu kita dimurkai Allah dan dijatuhi hukuman mati. Tetapi hukuman itu tak dapat kita tanggung, sehingga Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menanggungnya menggantikan kita. Ia telah memenuhi kebenaran dan keadilan Allah. Siapa yang percaya kepadaNya, akan beroleh bagian dalam kebenaran dan keadilan itu. Hal ini memberi pengertian bahwa pembenaran bukanlah suaut kodrat ilahi daam manusia yang perlahan-lahan mengubahnya, sehingga ia semakin lama semakin bertambah benar di hadapan Allah, seperti yang diajarkan oleh Gereja Roma Katolik dan Gereja Protestan. Dibenarkan artinya memandang kepada Kristus dan percaya bahwa oleh korban tebusan yang Ia bawa di Golgota, kita dibaharui, dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah. Tetapi percaya itu adalah suatu perbuatan yang harus terus-menerus diulangi dan yang tiap-tiap kali, pada saat pengulangan, menempatkan kita lagi dalam peristiwa pembenaran.
·         Pengudusan-  ini merupakan suatu kiasan yang menyatakan realitas dari buah percaya kepada Kristus. Sesuai dengan itu teologi sistematika berkata tentang dua macam Pengudusan yaitu, Pengudusan mutlak dan Pengudusan relatif. Yang dimaksud dengan Pengudusan Mutlak adalah Pengudusan yang serempak berlangsung dengan pembenaran. Oleh percaya kepada Kritus, kita yang dibenarkan adala benar-benar orang yang dikuduskan, orang yang benar-benar lahir kembali. Dikuduskan, artinya diasingkan untuk dipakai sebagai alat dalam karya penyelamatan Allah. Karena itu pengudusan yang mutlak tadi harus menyatakan dirinya dalam pengudusan yang relatif. Apa yang ktia percayai dan harapkan harus tampak dalam hidup di dunia.

c.       Mati dan Hidup bersama-sama dengan Kristus[10]
        Menurut kesaksian Kitab Suci hukuman mati yang harus ditanggung manusia karena dosanya, telah ditanggung oleh Kristus. Ia mati dan hancur dibawah hukuman itu. Tetapi dalam kematianNya itu Ia tidak sendiri. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu. Hal itu terjadi dalam Kristus. Itulah sebabnya, maka dalam Alkitab (Perjanjian Baru) kita sering membaca tentang: disalibkan bersama-sama, dikuburkan bersama-sama, dibangkitkan bersama-sama, hidup bersama-sama dengan Kristus.
6.      Roh Kudus dan Dunia[11]
     Pekerjaan Roh Kudus bukan saja mencakup manusia dan lembaga-lembaga, tetapi dunia keseluruhannya. Dalam Perjanjian Lama telah kita lihat sebelumnya, dimana ruakh adalah Roh Allah yang juga berperan dalam Penciptaan. Kemudian di Perjanjian Baru, telah nyata dalam Yesus. Dalam Matius 28: 19-20 dikatakan, “Pergiah, jadikanlah semua bangsa muridKu. . .  dan ajarkalah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. Tugas ini dipercayakan kepada murid-murid. Tetapi pelaku yang sebenarnya adalah Tuhan sendiri. Ia sebagai Roh, yang membebasakan manusia. Menobatkan artinya membebaskan dari kuasa-kuasa yang membelenggu dan menciptakan pola hidup yang baru, yang lama kelamaan mempengaruhi lingkungan. Hal itu telah kita lihat dalam jemaat-jemaat pertama, seperti yang khususnya tercermin dalam nasihat-nasihat tentang hubungan antara anggota jemaat yang satu dengan yang lain, antara suami dan istri, antara orangtua dan anak, antara tuan dan hamba. Kewibawaan Tuhan, oleh pekerjaan Roh sangat dalam mempengaruhi kehidupan kemasyarakatan. Segala sesuatu yang baik, yang sedang diusahakan di berbagai bidang politik, sosial, hukum, agama, kebudayaan, sains, dan lain-lain, dilihat sebagai pengaruh yang langsung dan tak langsung dari pekerjaan Roh Kudus.
7.      Roh Kudus dan Penggenapan[12]
         Pertama- Kristus, Roh Kudus dan penggenapan serta berhubungan. Hubungan yang erat ini, diungkapkan Paulus dalam bagian terakhir dari 2 Korintus 3:18, “Dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambaran-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” Yang dimaksudkan Rasul Paulus disini ialah bahwa pengubahan kita dalam kemuliaan Kristus yang telah mulai, akan berlangsung terus sampai ia mencapai kepenuhannya dalam Kerajaan Allah, yaitu pengubahan seluruh ciptaan dengan manusia baru. Kemudian, Roh Kudus membuat kita mengarahkan pandangan dengan penuh ke masa penggenapan. Kesaksian ini merupakan perbedaan yang esensial antara apa yang biasa kita sebut pengharapan manusiawi dan pengharapan yang dikerjakan Roh Kudus di dalam kita. Apa yang biasa kita sebut pengharapan umumnya timbul didorong oleh kekecewaan yang kita alami pada masa lampau dan masa kini. Pengharapan adalah suatu kompensasi dari apa yang tidak kita peroleh, suatu penghiburan yang kita sendiri ciptakan. Karena itu pengharapan itu sangat berbeda dengan pengharapan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri kita.Namun Pengharapan Kristen sebaliknya bersumber pada apa yang dimiliki, yang memberikan perspektif kepada perolehan atas pemilikan yang lebih banyak. Karena itu dalam Kitab Suci, pengharapan sering disebut bersama-sama dengan iman dan kasih.
           Roh Kudus telah dikaruniakan kepada kita sebagai pemberian pertama dari panen yang akan datang. Roh Kudus, dengan segal pemberian-Nya dalam bentuk pertobatan, pengampunan, persekutuan dengan Allah dan kegembiraan dalam Dia, adalah permulaan dari pemuliaan kita yang akan datang, antisipasi dari Kerajaan Allah. Pekerjaan Roh Kudus sama dengan isi penggenapan, Roh Kudus memberi jaminan yang akan didapat di masa depan. Apa yang kini kita peroleh dari Roh Kudus secara mendasar sama dengan apa yang akan kita peroleh di masa depan. Maksudnya Pekerjaan Roh Kudus disini adalah bahwa Tuhan Allah menguasai hidup kita dan mulai mengubah eksistensi kita menurut gambar Kristus. Penggenapan ialah selesainya proses pekerjaan Roh Kudus dalam alam semesta. 

  
BAB III
Tanggapan Dogmatika

            Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api.[13] Data Alkitabiah menyatakan Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yang kudus dan sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia. Roh Kudus memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yang bangkita dalam dirinya.[14]
            Roh Kudus ini tak ada sangkut pautnya dengan “Rokh Suci”, sebagaimana dimaksudkannya dalam mistik. Roh Kudus adalah Allah sendiri, yang datang kepada kita dari luar (atas) yang menyatakan diriNya kepada kita serta berindak terhadap kita.[15] Karya Roh Allah dalam batin manusia mempunyai arti khusus berhubungan dengan iman. Dan karya Roh itu sama sekali tidak terbatas pada Gereja, pada penerimaan injil yang ditawarkan. Roh yang bertiup kemana Ia mau, dari semula hadir dalam diri manusia, bukan hanya pada zaman dan dalam keterbatasan Gereja. Roh Kudus adalah suara Allah dalam diri manusia, yang menghimbau supaya hati nurani dibuat menjadi pedoman untuk segala tingkah laku. Dan di mana, dalam kekuatan Roh Kudus, orang telah menerima wahyu Allah, maka Roh itu senantiasa memberikan pemahaman baru akan firman Tuhan. Roh Kudus memperdalam pengetahuan mengenai Allah. Ia memperlihatkan betapa tak tersela dan tak terbatas kekayaan Kasih Allah. Roh Kudus adalah Roh Allah Bapa. Roh Allah berarti Karya Allah Bapa dalam ciptaan, khususnya dalam manusia, yang senantiasa dilaksanakan dan terus dilaksanakan oleh-Nya.[16]
            Pikiran penting dari Paulus menyangkut Roh Kudus. Pertama, Roh Kudus tidaklah merupakan milik istimewa dari pribadi-pribadi tertentu yang berkarunia istimewa. Roh merupakan kehidupan Kristus yang bermukim pada persekutuan orang-orang percaya, dan yang memberi penerangan. Kedua, Puncak dari karya Roh Kudus adalah Kasih. Kasih merupakan satu-satunya tanda yang pasti dari Karya Roh Kudus.[17]
            Dalam Roh Kudus, Kasih Kristus menjadi dasar dan akar hidup. Pada dasar itu orang percaya dibangun. Dogmatika menyebut hal ini “pembenaran” /justification. Justification adalah fondasi yang di atasnya iman orang Kristen dibangun. Pembenaran juga merupakan dasar dari mana iman orang Kristen berasal. Ini adalah tanda Anugerah Allah, mujizat pembenaran. Justification juga adalah aspek yang mendasar dan penting yang berlaku dalam pekerjaan Kristus dan Roh Kudus untuk membarui kehidupan manusia.[18]


BAB IV
KESIMPULAN
·               Hubungan Yesus dengan Roh Kudus pada Injil-Injil, Yesus merupakan sebagai “subjek” (penerima), Namun pada Kitab rasul hubungan Yesus dengan Roh Kudus diceritakan Yesus sebagai “objek”. Hal ini bukanlah suatu pertentangan namun sebaliknya, keduanya saling mengisi dan melengkapi. Roh Kudus tidak dapat dilepaskan dari Yesus Kristus dan dianggap sebagai Oknum atau Pribadi yang berdiri sendiri. Keduanya erat berhubungan, bahkan identik.
                            Sekalipun Roh Kudus adalah subjek Apostolat, kita juga bertanggungjawab penuh atas tuga yang dipercayakan kepada kita. Pelayanan Apostolat bukan saja dijalankan dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan. Di dalam Dia orang-orang percaya juga turut mengalami apa yang Ia alami untuk mereka. Pada satu pihak mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka dibebaskan dari hukuman dan kematian, tetapi pada pihak lain mereka menjalani hukuman dan kematian itu.









[1] Abineno, J.L.Ch, Roh Kudus dan Pekerjaan-Nya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 1-2
[2] Ibid 5-10
[3] Ibid 10-16
[4] Ibid 18-33
[5] Ibid 36-48
[6] Ibid 55-62
[7] Ibid 62-68
[8] Ibid 74-80
[9] Ibid 81-85
[10] Ibid 86-90
[11] Ibid 104-111
[12] Ibid 114-122
[13] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 318
[14] J.D Douglas,dkk, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 320-321
[15] Niftrik & J.Bolank, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008),334
[16] Herbert Vorgrimler, Trinitas : Bapa, Firman, Roh Kudus, (Yogyakarta : Kanisius, 2005), 59-63
[17]Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),  8-10
[18] Ebenhaizer I. N.T, Aku Memahami yang Aku Imani : Memahami Allah Tritunggal, Roh Kudus, dan karunia-karunia Roh secara bertanggungjawab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 50-51 

2 comments:

Unknown said...

Terima Kaih untuk artikelnya . Baguss

Rossoneri said...

sama-sama brother

Post a Comment