Pages

Subscribe:

21 Sept 2016

ILMU SIHIR???

ILMU SIHIR

Ø  Klaim dari Ilmu Sihir
            Pertama, kita harus menganalisa klaim dari para penyihir yang membuat mereka sukses. Kami yakin, banyak pernyataan yang dilebih-lebihkan di dalam klaim mereka, yang dibuat demi kepentingan mereka. Pengobatan yang mereka lakukan tidak pernah dilakukan di tempat umum, sehingga dapat disaksikan oleh orang banyak. Jika dengan cara demikian mereka dapat menjadi sukses, seharusnya mereka bekerja di rumah sakit, agar mereka dapat ditemukan di berbagai tempat di dunia ini. Keadaan sebenarnya dari mereka yang di klaim telah disembuhkan, tidak pernah diketahui, dan kesembuhan mereka tidak jelas. Jika anda termasuk yangmengalami hal demikian, hendaknya anda bertanya kepada diri sendiri, walaupun anda mempunyai bukti yang nyata tentang kekuatan mereka, misalnya, apakah anda pernah melihat (tidak hanya mendengar) orang yang tangannya terpotong pergi ke tukang sihir dan kembali dengan tangan yang baru, yang dapat digunakan dengan baik seperti sebelumnya? Ini adalah salah satu bukti yang kita perlukan sebelum kita memberikan kepercayaan kita kepada mereka. Ulangan 13:1-3 memberikan penjelasan yang sangat jelas: Bangsa Israel diberitahu, jika ada seorang penyihir yang melakukan suatu tanda atau mujizat, mereka hendaknya tetap tidak mempercayai orang itu, kesuali ia berbicara tentang doktrin yang benar sehubungan dengan firman Allah. Para dokter penyihir jelas tidak mempercayai kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak tergoda untuk percaya bahwa mereka sungguh-sungguh memiliki kuasa, dengan mengingat bahwa sumber dari segala kuasa adalah Allah (Rm. 13:1; I Kor. 8:4-6).
Kedua, segala macam keluhan atas perlakuan mereka adalah hal yang penting untuk diketahui. Seperti yang telah diketahui, kita hanya menggunakan 1% dari kemampuan otak kita. Dan sisanya, sepertinya terlalu besar untuk kita gunakan dalam keadaan sadar (pasti kita akan menggunakannya di dalam Kerajaan). Tanpa kita sadari, pikiran kita dapat memberikan pengaruh secara fisik ke hampir seluruh tubuh kita. Para dokter mengakui, kadang-kadang penyembuhan seperti itu dapat menggantikan penyembuhan yang dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran. Hal yang serupa dapat terjadi ketika kita terlalu banyak memikirkan masalah di dalam otak kita, yang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan dan sakit kepala. Menenangkan pikiran atau melatihnya dengan cara tertentu, dapat menyingkirkan berbagai macam penyakit. Tetapi jika tangan kita terpotong, tidak ada sejumlah latihan mental yang dapat membuatnya kembali. Hanya penyakit-penyakit ringan yang dapat dikendalikan oleh pikiran kita, yang juga dapat dilakukan oleh para penyihir, karena kita tidak mengerti sepenuhnya tentang cara kerja pikiran kita, yang dapat menimbulkan suatu kekuatan fisik, seperti yang ditunjukkan oleh para penyihir. Tetapi mereka melakukannya dengan mempengaruhi pikiran seseorang untuk menimbulkan kekuatan itu.

Ø  Sumber Kuasa
            Bagaimanapun juga, semua kuasa berasal dari Allah. Hal-hal yang baik maupun yang jahat, seperti penyakit-penyakit, berasal dari Dia, bukan penyihir. Hal ini sering menjadi tema didalam tulisan kudus; Yes. 45:5- 7; Mi. 1:12; Am. 3:6; Kel. 4:11; Ul. 32:39; Ayb. 5:18. Semua ayat ini hendaknya dibaca dengan cermat. Dari situ akan diketahui bahwa kepada Dia kita harus berdoa ketika kita sedang sakit dan berusaha semampunya dengan menggunakan obat-obatan menurut resep dokter. Jika kita berpaling kepada dokter penyihir, maka kita kembali menjadi orangorang yang mengklaim bahwa merekalah yang mengendalikan ”kuasa kegelapan” yang memungkinkan mereka dapat membuat kita menjadi lebih baik. Tetapi kita mengetahui bahwa Allah adalah sumber dari segala kuasa, dan kuasa-kuasa yang mereka percayai itu tidak ada. Dengan berpaling kepada para penyihir, sama dengan percaya bahwa Allah tidak berkuasa sepenuhnya, dan bukan Allah yang menyebabkan penyakit-penyakit kita, tetapi kekuatan lain yang diklaim oleh para penyihir dapat diatasi oleh mereka.
Jalan pikiran seperti itu sangat tidak menyenangkan Allah, karena Dia tahu, bahwa Dialah yang menyebabkan penyakit-penyakit kita, dan Dia sangat berkuasa. Israel memilih untuk mempercayai Allah, tetapi juga mempercayai kuasa-kuasa lain yang bertindak di dalam kehidupan mereka, yang mereka tunjukkan melalui penyembahan berhala yang ditujukan kepada kuasa-kuasa itu. Hal ini membuat Allah marah, dan menolak mereka sebahai umatNya (Ul. 32:16-24). Bagi Allah, kecuali kita mempunyai iman yang sempurna terhadap Dia, maka kita tidak sungguh-sungguh percaya kepadaNya. Dengan mengklaim mempercayai Allah Israel yang benar, tetapi juga menerima keberadaan dari kuasa kuasa lain selain Dia, dan dengan membiarkan dokter penyihir berusaha untuk mengusir kuasa-kuasa tersebut dari kita, adalah sama dengan melakukan perbuatan yang dilakukan oleh Israel di masa lalu. Sejarah panjang Israel yang menyedihkan sehubungan dengan berhala ”dicatat agar kita mempelajarinya.” Kita seharusnya tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang yang mempercayai kuasa-kuasa seperti itu. ”Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dengan Belial?...Karena kita adalah bait dari Allah...Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan...maka Aku akan menerima kamu, dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu menjadi anak-anakKu laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Kor. 6:14-18). Jika kita betul-betul mau berusaha dan berkorban untuk memisahkan diri dari hal-hal seperti itu, maka kita memiliki suatu jaminan yang mulia, yaitu kita akan diakui sebagai anak oleh Allah. Orangtua lahiriah secara naluri memperhatikan anak-anaknya ketika sedang sakit. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh orangtua surgawi kita, bahkan lebih daripada itu. Walaupun sulit untuk menerima hal ini, tapi hal ini betul-betul terjadi.
Adalah fakta bahwa para penyihir hanya dapat mempengaruhi mereka yang percaya kepadanya. Misalnya, ketika seseorang ditinggal mati oleh orang yang dicintainya, ia pergi menemui seorang perantara atau penyihir untuk membantunya agar dapat bertemu dengan orang yang sudah mati itu. Perantara itu akan menyuruh orang tersebut memejamkan matanya dan membayangkan wajah orang yang sudah mati itu dengan jelas. Orang itu boleh menggunakan foto orang yang sudah mati itu, agar ingatannya semakin jelas. Kemudian perantara itu membaca pikiran orang tersebut, dan dengan sedikit kata-kata yang dibesar-besarkan tentang orang mati itu berdasarkan fakta yang ada, akhirnya orang itu yakin kalau perantara itu telah bertemu dengan orang yang sudah mati itu dalam keadaan hidup. Catat, tidak ada bukti yang meyakinkan yang pernah diberikan tentang hal ini. Jika orang itu menolak untuk mempercayai atau menaati perintah perantara itu, maka tidak akan terjadi apa-apa. Para ”penyihir” yang suka menafsirkan mimpi dari Firaun dan Nebukadnezar, mempertaruhkan posisinya kecuali mereka mengatakan hal-hal yang menyenangkan. Pastilah mereka menggunakan cara membaca pikiran dengan baik. Walaupun begitu, mereka kehilangan kekuatan mereka pada waktu Allah turut campur dalam kehidupan seseorang yang berurusan dengan mereka, sebagaimana Allah mengintervensi kehidupan Firaun dan Nebukadnezar. Begitu juga dengan Balak, yang mempercayai kuasa Bileam yang dapat mengutuk orang-orang. Ia menawarkan imbalan finansial yang cukup besar atas tugas yang ia perintahkan kepada Bileam; dan mengatakan bahwa ia mengetahui dari peristiwa-peristiwa yang telah berlalu ”siapa yang kau kutuk, dia kena kutuk” (Bil. 22:6). Tetapi Bileam, yang dalam beberapa cara sama dengan dokter penyihir, menyadari bahwa kekuatannya lenyap ketika berurusan dengan orang-orang Israel. Jelas sekali, orang-orang seperti itu tidak mempunyai kekuatan ketika mereka berurusan dengan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan Allah yang benar, walaupun mereka sukses ketika berurusan dengan orang orang yang lain.

Ø  Ilmu Sihir di dalam Alkitab
            Pengertian yang praktis dari hal ini adalah, jika kita tergoda untuk datang kepada dokter penyihir, maka kita harus memiliki iman yang kuat kepada Allah. Tidak ada gunanya kita menggunakan jasa dari para penyihir, jika kita hanya menginginkan hal yang terbaik, karena mungkin mereka juga mempunyai tujuan yang sama. Jika kita memberikan kepercayaan penuh kepada orang-orang seperti itu, dan keberadaan dari kuasa-kuasa yang diklaim dapat dikendalikan oleh mereka; berarti kita tidak memiliki iman yang teguh atas kekuasaan Allah yang benar. Jika kita betul-betul percaya tentang kisah Firaun, Balak, dan Nebukadnezar, seperti yang telah disebutkan diatas, maka kita tidak akan menggunakan jasa para penyihir, dan tidak akan percaya bahwa mereka dapat menyebabkan sesuatu terjadi atas diri kita. Contoh-contoh yang telah disebutkan menunjukkan bahwa para penyihir tidak dapat menguasai umat Allah, yaitu kita, berdasarkan penaggilan Injil dan pembaptisan kita.
Paulus menyebut ilmu sihir sebagai ”perbuatan daging”, dalam kategori yang sama dengan ”roh pemecah” (doktrin palsu), perzinahan, dan pornografi (Gal. 5:19-21). Ia mengatakan; ”Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu-seperti yang telah kubuat dahulu-bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Persamaan mengenai hal ini dan hukum Musa adalah, bahwa mereka yang memakai jasa dari para ”peramal” (atau ilmu sihir) dan mereka yang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban di dalam api, harus segera dibunuh. (Ul. 18:10,11; Kel. 210 22:18). Sebenarnya, mereka yang mengorbankan anaknya di dalam api bukanlah penyihir, tetapi mereka melakukan hal itu karena mengikuti ajaran dari para penyihir dan penyembah berhala, yaitu; jika mereka ingin terlindung dari kekuatan jahat, mereka harus mengorbankan anakanak mereka dalam api. Jadi, seperti yang telah dijelaskan, hukuman atas
mereka adalah harus segera dibunuh; dan di dalam Perjanjian Baru, hukuman bagi mereka adalah diasingkan dari Kerajaan Allah. Menggunakan ilmu sihir demi kebaikan seseorang adalah suatu hal yang Allah tidak ingin kita melakukannya. Sebelum kita mengambil keputusan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen; dengan sungguh kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, ”Apakah Allah menginginkan saya melakukan hal ini? Apakah Yesus beserta saya ketika saya melakukan hal itu?” Karena dengan jelas Allah mengutuk ilmu sihir, maka jawabannya sudah pasti; Tidak, Allah tidak ingin kita menggunakan ilmu sihir. Samuel mendefinisikan ilmu sihir sebagai ”pendurhakaan” (berasal dari kata Ibrani yang berarti ”provokasi) melawan firman Allah (I Sam. 15:23).
            Memprovokasi yang Maha Kuasa, seperti yang dilakukan oleh Israel dengan mempercayai berhala-berhala dan ilmu sihir (Ul. 32:16-19), sungguh suatu hal yang tidak dapat dibayangkan. Padahal, tujuan Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mengusir orang-orang Kanaan, adalah karena kepercayaan mereka terhadap ilmu sihir menjijikkan bagi Allah. Tetapi bangsa Israel malah mengikuti praktek tersebut (Ul. 18:9-14). Oleh karena itu, Israel rohani, orang-orang percaya yang telah dibaptis, tidak boleh melakukan hal ini, yang dapat ditemui di seluruh dunia yang jahat ini. Jika tidak, maka kita tidak akan menerima warisan abadi tanah perjanjian dari Kerajaan. Jika kita memakai jasa para penyihir, dan mengatakan bahwa merekalah yang menggunakan ilmu sihir, bukan kita. Hal ini sama saja, karena kita mengharapkan efek dari ilmu sihir terjadi pada kita, dengan demikian kita turut menggunakannya. Semoga Allah memberkati kita semua di dalam menjalani hari-hari terakhir yang gelap ini, agar bangsa-bangsa di dunia dapat memandang cahaya kebenaran dan kemuliaan dari KerajaanNya. ”...Karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta....". Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan...Sebab itu berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami; baik secara lisan, maupun secara tertulis. Dan ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karuniaNya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengaharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (II Tes. 2:10-17).


0 comments:

Post a Comment