ILMU SIHIR
Ø Klaim dari Ilmu Sihir
Pertama,
kita harus menganalisa klaim dari para penyihir yang membuat mereka sukses.
Kami yakin, banyak pernyataan yang dilebih-lebihkan di dalam klaim mereka, yang
dibuat demi kepentingan mereka. Pengobatan yang mereka lakukan tidak pernah
dilakukan di tempat umum, sehingga dapat disaksikan oleh orang banyak. Jika
dengan cara demikian mereka dapat menjadi sukses, seharusnya mereka bekerja di
rumah sakit, agar mereka dapat ditemukan di berbagai tempat di dunia ini.
Keadaan sebenarnya dari mereka yang di klaim telah disembuhkan, tidak pernah diketahui,
dan kesembuhan mereka tidak jelas. Jika anda termasuk yangmengalami hal
demikian, hendaknya anda bertanya kepada diri sendiri, walaupun anda mempunyai
bukti yang nyata tentang kekuatan mereka, misalnya, apakah anda pernah melihat (tidak
hanya mendengar) orang yang tangannya terpotong pergi ke tukang sihir dan
kembali dengan tangan yang baru, yang dapat digunakan dengan baik seperti
sebelumnya? Ini adalah salah satu bukti yang kita perlukan sebelum kita
memberikan kepercayaan kita kepada mereka. Ulangan 13:1-3 memberikan penjelasan
yang sangat jelas: Bangsa Israel diberitahu, jika ada seorang penyihir yang
melakukan suatu tanda atau mujizat, mereka hendaknya tetap tidak mempercayai orang
itu, kesuali ia berbicara tentang doktrin yang benar sehubungan dengan firman
Allah. Para dokter penyihir jelas tidak mempercayai kebenaran yang dinyatakan dalam
Alkitab. Oleh karena itu, kita seharusnya tidak tergoda untuk percaya bahwa
mereka sungguh-sungguh memiliki kuasa, dengan mengingat bahwa sumber dari
segala kuasa adalah Allah (Rm. 13:1; I Kor. 8:4-6).
Kedua, segala macam keluhan atas perlakuan mereka
adalah hal yang penting untuk diketahui. Seperti yang telah diketahui, kita
hanya menggunakan 1% dari kemampuan otak kita. Dan sisanya, sepertinya terlalu
besar untuk kita gunakan dalam keadaan sadar (pasti kita akan menggunakannya di
dalam Kerajaan). Tanpa kita sadari, pikiran kita dapat memberikan pengaruh
secara fisik ke hampir seluruh tubuh kita. Para dokter mengakui, kadang-kadang penyembuhan
seperti itu dapat menggantikan penyembuhan yang dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran.
Hal yang serupa dapat terjadi ketika kita terlalu banyak memikirkan masalah di
dalam otak kita, yang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan dan sakit kepala.
Menenangkan pikiran atau melatihnya dengan cara tertentu, dapat menyingkirkan
berbagai macam penyakit. Tetapi jika tangan kita terpotong, tidak ada sejumlah
latihan mental yang dapat membuatnya kembali. Hanya penyakit-penyakit ringan
yang dapat dikendalikan oleh pikiran kita, yang juga dapat dilakukan oleh para
penyihir, karena kita tidak mengerti sepenuhnya tentang cara kerja pikiran
kita, yang dapat menimbulkan suatu kekuatan fisik, seperti yang ditunjukkan
oleh para penyihir. Tetapi mereka melakukannya dengan mempengaruhi pikiran
seseorang untuk menimbulkan kekuatan itu.
Ø Sumber Kuasa
Bagaimanapun
juga, semua kuasa berasal dari Allah. Hal-hal yang baik maupun yang jahat,
seperti penyakit-penyakit, berasal dari Dia, bukan penyihir. Hal ini sering
menjadi tema didalam tulisan kudus; Yes. 45:5- 7; Mi. 1:12; Am. 3:6; Kel. 4:11;
Ul. 32:39; Ayb. 5:18. Semua ayat ini hendaknya dibaca dengan cermat. Dari situ
akan diketahui bahwa kepada Dia kita harus berdoa ketika kita sedang sakit dan
berusaha semampunya dengan menggunakan obat-obatan menurut resep dokter. Jika
kita berpaling kepada dokter penyihir, maka kita kembali menjadi orangorang yang
mengklaim bahwa merekalah yang mengendalikan ”kuasa kegelapan” yang memungkinkan
mereka dapat membuat kita menjadi lebih baik. Tetapi kita mengetahui bahwa
Allah adalah sumber dari segala kuasa, dan kuasa-kuasa yang mereka percayai itu
tidak ada. Dengan berpaling kepada para penyihir, sama dengan percaya bahwa Allah
tidak berkuasa sepenuhnya, dan bukan Allah yang menyebabkan penyakit-penyakit
kita, tetapi kekuatan lain yang diklaim oleh para penyihir dapat diatasi oleh
mereka.
Jalan
pikiran seperti itu sangat tidak menyenangkan Allah, karena Dia tahu, bahwa
Dialah yang menyebabkan penyakit-penyakit kita, dan Dia sangat berkuasa. Israel
memilih untuk mempercayai Allah, tetapi juga mempercayai kuasa-kuasa lain yang
bertindak di dalam kehidupan mereka, yang mereka tunjukkan melalui penyembahan
berhala yang ditujukan kepada kuasa-kuasa itu. Hal ini membuat Allah marah, dan
menolak mereka sebahai umatNya (Ul. 32:16-24). Bagi Allah, kecuali kita
mempunyai iman yang sempurna terhadap Dia, maka kita tidak sungguh-sungguh
percaya kepadaNya. Dengan mengklaim mempercayai Allah Israel yang benar, tetapi
juga menerima keberadaan dari kuasa kuasa lain selain Dia, dan dengan
membiarkan dokter penyihir berusaha untuk mengusir kuasa-kuasa tersebut dari
kita, adalah sama dengan melakukan perbuatan yang dilakukan oleh Israel di masa
lalu. Sejarah panjang Israel yang menyedihkan sehubungan dengan berhala
”dicatat agar kita mempelajarinya.” Kita seharusnya tidak menjalin persahabatan
dengan orang-orang yang mempercayai kuasa-kuasa seperti itu. ”Sebab persamaan
apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang
dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus
dengan Belial?...Karena kita adalah bait dari Allah...Sebab itu: Keluarlah kamu
dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan...maka Aku
akan menerima kamu, dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu menjadi anak-anakKu
laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Kor. 6:14-18). Jika kita betul-betul
mau berusaha dan berkorban untuk memisahkan diri dari hal-hal seperti itu, maka
kita memiliki suatu jaminan yang mulia, yaitu kita akan diakui sebagai anak
oleh Allah. Orangtua lahiriah secara naluri memperhatikan anak-anaknya ketika
sedang sakit. Begitu juga dengan yang dilakukan oleh orangtua surgawi kita,
bahkan lebih daripada itu. Walaupun sulit untuk menerima hal ini, tapi hal ini
betul-betul terjadi.
Adalah fakta bahwa para penyihir hanya dapat
mempengaruhi mereka yang percaya kepadanya. Misalnya, ketika seseorang
ditinggal mati oleh orang yang dicintainya, ia pergi menemui seorang perantara
atau penyihir untuk membantunya agar dapat bertemu dengan orang yang sudah mati
itu. Perantara itu akan menyuruh orang tersebut memejamkan matanya dan
membayangkan wajah orang yang sudah mati itu dengan jelas. Orang itu boleh
menggunakan foto orang yang sudah mati itu, agar ingatannya semakin jelas.
Kemudian perantara itu membaca pikiran orang tersebut, dan dengan sedikit
kata-kata yang dibesar-besarkan tentang orang mati itu berdasarkan fakta yang
ada, akhirnya orang itu yakin kalau perantara itu telah bertemu dengan orang
yang sudah mati itu dalam keadaan hidup. Catat, tidak ada bukti yang meyakinkan
yang pernah diberikan tentang hal ini. Jika orang itu menolak untuk mempercayai
atau menaati perintah perantara itu, maka tidak akan terjadi apa-apa. Para
”penyihir” yang suka menafsirkan mimpi dari Firaun dan Nebukadnezar,
mempertaruhkan posisinya kecuali mereka mengatakan hal-hal yang menyenangkan.
Pastilah mereka menggunakan cara membaca pikiran dengan baik. Walaupun begitu,
mereka kehilangan kekuatan mereka pada waktu Allah turut campur dalam kehidupan
seseorang yang berurusan dengan mereka, sebagaimana Allah mengintervensi
kehidupan Firaun dan Nebukadnezar. Begitu juga dengan Balak, yang mempercayai
kuasa Bileam yang dapat mengutuk orang-orang. Ia menawarkan imbalan finansial
yang cukup besar atas tugas yang ia perintahkan kepada Bileam; dan mengatakan
bahwa ia mengetahui dari peristiwa-peristiwa yang telah berlalu ”siapa yang kau
kutuk, dia kena kutuk” (Bil. 22:6). Tetapi Bileam, yang dalam beberapa cara
sama dengan dokter penyihir, menyadari bahwa kekuatannya lenyap ketika
berurusan dengan orang-orang Israel. Jelas sekali, orang-orang seperti itu
tidak mempunyai kekuatan ketika mereka berurusan dengan orang-orang yang
mempunyai hubungan dengan Allah yang benar, walaupun mereka sukses ketika
berurusan dengan orang orang yang lain.
Ø Ilmu Sihir di dalam Alkitab
Pengertian
yang praktis dari hal ini adalah, jika kita tergoda untuk datang kepada dokter
penyihir, maka kita harus memiliki iman yang kuat kepada Allah. Tidak ada
gunanya kita menggunakan jasa dari para penyihir, jika kita hanya menginginkan
hal yang terbaik, karena mungkin mereka juga mempunyai tujuan yang sama. Jika
kita memberikan kepercayaan penuh kepada orang-orang seperti itu, dan keberadaan
dari kuasa-kuasa yang diklaim dapat dikendalikan oleh mereka; berarti kita tidak
memiliki iman yang teguh atas kekuasaan Allah yang benar. Jika kita betul-betul
percaya tentang kisah Firaun, Balak, dan Nebukadnezar, seperti yang telah
disebutkan diatas, maka kita tidak akan menggunakan jasa para penyihir, dan
tidak akan percaya bahwa mereka dapat menyebabkan sesuatu terjadi atas diri
kita. Contoh-contoh yang telah disebutkan menunjukkan bahwa para penyihir tidak
dapat menguasai umat Allah, yaitu kita, berdasarkan penaggilan Injil dan
pembaptisan kita.
Paulus menyebut ilmu sihir sebagai ”perbuatan
daging”, dalam kategori yang sama dengan ”roh pemecah” (doktrin palsu),
perzinahan, dan pornografi (Gal. 5:19-21). Ia mengatakan; ”Terhadap semuanya
itu kuperingatkan kamu-seperti yang telah kubuat dahulu-bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan
Allah.” Persamaan mengenai hal ini dan hukum Musa adalah, bahwa mereka yang
memakai jasa dari para ”peramal” (atau ilmu sihir) dan mereka yang
mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban di dalam api, harus segera dibunuh.
(Ul. 18:10,11; Kel. 210 22:18). Sebenarnya, mereka yang mengorbankan anaknya di
dalam api bukanlah penyihir, tetapi mereka melakukan hal itu karena mengikuti ajaran
dari para penyihir dan penyembah berhala, yaitu; jika mereka ingin terlindung
dari kekuatan jahat, mereka harus mengorbankan anakanak mereka dalam api. Jadi,
seperti yang telah dijelaskan, hukuman atas
mereka
adalah harus segera dibunuh; dan di dalam Perjanjian Baru, hukuman bagi mereka
adalah diasingkan dari Kerajaan Allah. Menggunakan ilmu sihir demi kebaikan
seseorang adalah suatu hal yang Allah tidak ingin kita melakukannya. Sebelum
kita mengambil keputusan di dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen; dengan sungguh
kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, ”Apakah Allah menginginkan saya
melakukan hal ini? Apakah Yesus beserta saya ketika saya melakukan hal itu?”
Karena dengan jelas Allah mengutuk ilmu sihir, maka jawabannya sudah pasti;
Tidak, Allah tidak ingin kita menggunakan ilmu sihir. Samuel mendefinisikan
ilmu sihir sebagai ”pendurhakaan” (berasal dari kata Ibrani yang berarti
”provokasi) melawan firman Allah (I Sam. 15:23).
Memprovokasi yang Maha Kuasa, seperti
yang dilakukan oleh Israel dengan mempercayai berhala-berhala dan ilmu sihir
(Ul. 32:16-19), sungguh suatu hal yang tidak dapat dibayangkan. Padahal, tujuan
Allah memerintahkan bangsa Israel untuk mengusir orang-orang Kanaan, adalah
karena kepercayaan mereka terhadap ilmu sihir menjijikkan bagi Allah. Tetapi
bangsa Israel malah mengikuti praktek tersebut (Ul. 18:9-14). Oleh karena itu,
Israel rohani, orang-orang percaya yang telah dibaptis, tidak boleh melakukan
hal ini, yang dapat ditemui di seluruh dunia yang jahat ini. Jika tidak, maka
kita tidak akan menerima warisan abadi tanah perjanjian dari Kerajaan. Jika kita
memakai jasa para penyihir, dan mengatakan bahwa merekalah yang menggunakan
ilmu sihir, bukan kita. Hal ini sama saja, karena kita mengharapkan efek dari
ilmu sihir terjadi pada kita, dengan demikian kita turut menggunakannya. Semoga
Allah memberkati kita semua di dalam menjalani hari-hari terakhir yang gelap
ini, agar bangsa-bangsa di dunia dapat memandang cahaya kebenaran dan kemuliaan
dari KerajaanNya. ”...Karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang
dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan
atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta....". Akan tetapi kami
harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara yang
dikasihi Tuhan...Sebab itu berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran
yang kamu terima dari kami; baik secara lisan, maupun secara tertulis. Dan ia,
Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karuniaNya
telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengaharapan
baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan
perkataan yang baik” (II Tes. 2:10-17).
0 comments:
Post a Comment